JAKARTA. Euro dan poundsterling kian terpuruk. Kedua mata uang dari daratan Eropa ini kembali mencetak rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama tahun 2008. Sampai pukul 20.49 WIB kemarin (22/10), nilai tukar euro sudah anjlok 11% jadi US$ 1,2849 per euro dari awal 2008. Sementara poundsterling anjlok 18,16% jadi US$ 1,6373 per poundsterling pada periode yang sama.Beberapa analis menilai, secara umum pelemahan mata uang itu terjadi karena krisis ekonomi global belum juga kunjung selesai. Erwin, analis Valbury Asia Futures menilai, pemicu pelemahan euro dan poundsterling terhadap dolar AS adalah kejatuhan indeks saham di Eropa.Permintaan dolar di Amerika yang terus meningkat juga jadi penyebab lain. "Investor saat ini memilih dolar dan yen sebagai safe haven currency," terang Erwin, kemarin.Belum lagi, kondisi ekonomi di kawasan Eropa juga memburuk. Banyak ekonom dan analis memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan Benua Biru tersebut tidak akan mencapai 2% sebagaimana target European Central Bank. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini hanya akan tumbuh 1,3% dan tahun depan 0,2%.Sementara, inflasi tahun ini bakal naik jadi 3,5%. Inflasi baru turun pada 2009 menjadi 1,9%. Tak heran, Gubernur Bank Of England Mervyn King sudah menyatakan bahwa Eropa sudah masuk ke dalam resesi. Hal ini juga menjadi sentimen negatif bagi kekuatan poundsterling dan euro.Ekspektasi bunga turunMaka, para pelaku pasar juga makin berharap bank sentral di Inggris dan Eropa akan memotong bunganya. Sebagai catatan, bunga Eropa saat ini sebesar 3,75%. Sementara suku bunga Inggris mencapai 4,5%.Bandingkan dengan suku bunga di AS yang cuma 1,5%. "Ekspektasi tersebut makin meningkat karena outlook ekonomi memburuk," cetus Koji Fukaya, analis senior Deutsche Bank AG di Tokyo pada Bloomberg. Deutsche Bank AG Tokyo merupakan pemain terbesar di pasar mata uang.Sejauh ini, para analis memperkirakan, European Central Bank bakal kembali memangkas suku bunganya sebanyak 0,25%. Bahkan Citigroup Inc dan UBS AG, dalam risetnya, memprediksi Bank of England bakal memotong suku bunga sebesar 0,5%.Tampaknya, pemotongan bunga itu menjadi keharusan. Apalagi, bank sentral AS, The Federal Reserve, juga berniat menurunkan bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi. "Tujuannya untuk menjaga agar pelemahan mata uang tak semakin dalam," ujar Willing Bolung, Head of Market Treasury ANZ Panin Bank.Suriyanto Chang, Kepala Divisi Tresuri Bank NISP meramalkan bahwa hingga akhir tahun, euro dan poundsterling akan terus berada dalam tren menurun. Ia memprediksi, hingga akhir tahun ini, nilai tukar euro akan berkisar pada US$ 1,25 per euro dan nilai tukar poundsterling mencapai US$ 1,55 per poundsterling.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie