KONTAN.CO.ID - SEOUL. Ekonomi Korea Selatan (Korsel) jatuh ke jurang resesi pada kuartal kedua. Ekonomi negara terbesar keempat di Asia ini susut 3,3% secara kuartalan pada periode April-Juni. Di kuartal pertama lalu, ekonomi Korsel turun 1,4%. Dengan dua kali kontraksi, Korsel telah memasuki resesi. Angka yang dirilis oleh Bank of Korea ini menunjukkan kontraksi terbesar sejak kuartal pertama 1998 dan lebih dalam ketimbang prediksi kontraksi ekonomi sebesar 2,3% dari polling
Reuters.
Kontraksi yang terjadi di kuartal kedua ini menyebabkan produk domestik bruto (PDB) Korea turun 2,9% secara tahunan, paling buruk sejak kuartal keempat 1998 dan lebih dalam daripada prediksi polling
Reuters sebesar 2%. Penurunan ekonomi Negeri Ginseng ini terjadi setelah ekspor merosot tajam di kuartal kedua. Ekspor yang mengontribusi 40% ekonomi Korsel, merosot 16,6% secara kuartalan. Ini adalah penurunan ekspor terbesar sejak 1963.
Baca Juga: BKPM ungkap alasan investasi Singapura ke Indonesia tak terhambat resesi Investasi konstruksi turun 1,3% secara kuartalan dan investasi modal turun 2,9% pada periode yang sama. Produksi manufaktur dan sektor jasa merosot masing-masing 9% dan 1,1%. Salah satu titik terang ekonomi Korsel adalah konsumsi swasta yang naik 1,4% secara kuartalan. Peningkatan konsumsi dalam negeri ini terutama ditopang oleh stimulus pemerintah yang mengangkat belanja di restoran, pakaian, dan aktivitas rekreasi. Menteri Keuangan Korse Hong Nam-ki mengatakan bahwa ekonomi akan
rebound mulai kuartal ketiga. "Sangat mungkin bagi kami untuk mencatat
rebound seperti China di kuartal ketiga karena
pandemi mereda dan aktivitas global, sekolah, dan rumahsakit kembali berjalan," imbuh Hong dalam rapat kebijakan, Kamis (23/7).
Baca Juga: Corona di Korea: Kasus baru naik berkat kluster panti jompo dan unit angkatan darat Pemerintah Korsel telah mengucurkan stimulus sekitar 277 triliun won atau setara Rp 3.389 triliun untuk memerangi dampak pandemi corona terhadap ekonomi. Namun, pemerintah Korsel tidak bisa berbuat banyak untuk mengangkat ekspor karena tergantung permintaan global. "Kondisi terburuk tampaknya sudah lewat. Efek dasar dan injeksi fiskal dari anggaran tambahan akan memperbaiki investasi," kata Park Sang-hyun, analis HI Investment & Securities kepada
Reuters. Median analis memperkirakan ekonomi Korsel akan turun 0,4% pada tahun ini. Jika benar, kontraksi ini akan menjadi yang pertama dan terbesar sejak 1998. Tapi, IMF memperkirakan kontraksi Korsel bisa mencapai 2,1%. Pekan lalu, gubernur Bank of Korea mengatakan revisi dari proyeksi sebelumnya, yakni kontraksi ekonomi 0,2% tahun ini, tidak terhindarkan.
Editor: Wahyu T.Rahmawati