Ekonomi Kuartal II Dibayangi Pelemahan Konsumsi Masyarakat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan daya beli masyarakat pada kuartal II tahun ini diperkirakan akan ikut membayangi laju pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2024 diperkirakan hanya tumbuh 0,1% year on year (YoY) atau mencapai 243,2. Padahal pada Maret 2024, IPR tercatat 235,4 atau tumbuh sebesar 9,3% YoY.

Kendati begitu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode April 2024 masih berada di angka 127,7 atau tumbuh dari posisi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 123,8. Memang angka IKK ini berkontradiktif dengan angka IPR yang sama-sama dirilis Bank Indonesia.


Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa survei penjualan eceran yang diperkirakan sedikit melambat tersebut dipengaruhi oleh banyaknya hari libur sehingga mempengaruhi operasional sub sektor perdagangan eceran.

Baca Juga: Rupiah Diyakini Mulai Stabil, Imbas Positifnya Diharapkan Merembet ke Pasar Saham

"Karena di April ini kan ada banyak kalender libur sehingga tentunya ini akan berpengaruh juga kepada beberapa sektor secara operasional hour dan secara operasional activitasnya akan menurun sehingga ini berdampak juga pada beberapa sektor tersebut," ujar Josua dalam Media Briefing di Jakarta, Selasa (14/5).

Sementara itu, Josua memperkirakan, ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 akan mencapai 5,1%. Angka ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian kuartal Ii-2023 sebesar 5,17%.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 masih didorong oleh aktivitas mudik Lebaran sehingga berdampak kepada peningkatan spending masyarakat.

"Kalau kita lihat kemarin aktivitas mudik ini dan cuti Lebaran cukup panjang sehingga kalau kita lihat aktivitas mudik ini juga mendorong peningkatan spending dari masyarakat," katanya.

Baca Juga: Penjualan Kembali Turun, Pasar Mobil Nasional Tak Kunjung Melaju

Dalam kesempatan yang sama, Ekonom Bank Permata Faisal Rachman menjelaskan bahwa pertumbuhan  ekonomi kuartal II-2024 juga disokong oleh banyaknya hari libur dan cuti bersama yang akan memberikan dampak positif terhadap sektor pariwisata.

Kendati begitu, sumber pertumbuhan ekonomi pada kuartal I yang tidak ada pada kuartal II akan mempengaruhi laju perekonomian pada periode tersebut. Misalnya saja belanja pemerintah yang terkait dengan pemilu tidak akan terjadi lagi pada kuartal II-2024.

"Pemerintah masih punya ruang untuk menjaga pertumbuhan itu melalui investasi publiknya. Jadi kalau PSN dan IKN itu digenjot lagi seharusnya masih bisa di belanja negara cukup terjaga," terang Faisal.

Sementara itu, Faisal memperkirakan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 masih berada di bawah 5%, yakni sebesar 4,9%.

Baca Juga: Harga Minyak Turun Imbas Meredanya Konflik Timur Tengah, Begini Proyeksi ke Depan

Faisal mengatakan konsumsi rumah tangga menjadi penopang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang setengahnya disokong oleh konsumsi makanan dan minuman. Oleh karena itu, konsumsi masyarakat perlu dijaga agar pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap berada di atas 5%.

"Jadi sebenarnya konsumsi makanan dan minuman ini cukup mempengaruhi performa konsumsi rumah tangga secara keseluruhan, yang nantinya juga akan mempengaruhi PDB secara keseluruhan," katanya.

Dai melihat dampak El Nino belum akan hilang hingga akhir semester I-2024. Oleh karena itu, inflasi pangan yang masih cukup tinggi masih akan menahan konsumsi rumah tangga sehingga secara keseluruhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 masih berada di bawah 5%.

Namun untuk di tahun 2025, Faisal melihat konsumsi rumah tangga masih bisa berada di atas 5%. Memang, pada tahun depan akan ada rencana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN). Hanya saja, komponen pangan seperti beras, gabah, jagung, hingga sayur-sayuran menjadi kelompok barang yang tidak dikenai PPN sehingga tidak akan terlalu memberikan dampak terhadap konsumsi rumah tangga di tahun depan.

"Seharusnya kalau El Nino itu hilang dan harga-harga bisa terjaga maka harusnya konsumsinya bisa terjaga," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati