JAKARTA. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, bank syariah masih bisa mengharap kinerja positif di semester kedua tahun ini. Kelancaran perhelatan pemilu presiden dan wakil presiden diprediksi bakal membuat kinerja bank syariah semakin membaik. Hendiarto, Direktur Keuangan dan Operasional PT Bank Muamalat Indonesia berharap, bila pemilu presiden berjalan lancar, dana asing akan banyak masuk, likuiditas semakin melonggar sehingga tekanan biaya dana akan berkurang. Kondisi tersebut akan membuat bank lebih mudah untuk menggeber ekspansi pembiayaan. Seperti ke sektor perdagangan (
trade finance), konsumer, usaha kecil menengah (UKM), dan infrastruktur.
Nah, di semester kedua tahun ini, Bank Muamalat menargetkan, bisnisnya bisa tumbuh 20% dibandingkan dengan semester pertama tahun ini. "Khususnya pencapaian laba, kami berharap laba sesuai dengan target yakni Rp 1 triliun," lanjut Hendiarto, kemarin (18/6). Selain mengincar kenaikan laba, Bank Muamalat juga memproyeksikan
finance to deposit ratio (FDR) berada pada kisaran 95% sampai 97%. Saat ini, FDR Bank Muamalat sebesar 96%. Hingga pertengahan tahun ini, Bank Muamalat yakin bisa mencatatkan kenaikan dana pihak ketiga (DPK), aset dan pembiayaan sebesar 17% hingga 20%
year on year (yoy). Sementara, laba di enam bulan pertama tahun ini diperkirakan tumbuh 10% dibandingkan periode sama tahun lalu. Per Mei 2014, Bank Muamalat telah mengumpulkan DPK sebanyak Rp 44,8 triliun, dengan kucuran pembiayaan sebesar Rp 43,3 triliun dan aset senilai Rp 57 triliun. Sementara, laba yang berhasil dicetak oleh Bank Muamalat periode Januari-Mei 2014 mencapai Rp 270 miliar. OCBC NISP Syariah tak seoptimistis Bank Muamalat. Walaupun tumbuh, OCBC NISP Syariah memproyeksikan, pertumbuhan laba di tahun ini akan stagnan lantaran pembiayaan tidak tumbuh tinggi. Di sisi lain, bank harus mengeluarkan biaya untuk mendirikan cabang. Tahun lalu, OCBC NISP Syariah berhasil mencetak laba Rp 41,2 miliar. Tahun ini, peningkatan laba hanya 40% menjadi Rp 57,68%. Padahal di tahun lalu, laba bank syariah ini melonjak 300% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Laba kami melambat karena mendirikan dua cabang baru di Balikpapan dan Pekanbaru," Koko T Rachmadi,
Head of Syariah Business Syariah Business Unit Bank OCBC NISP Syariah, kemarin. Setiap pendirian cabang diperkirakan menelan dana sekitar Rp 5 miliar. Sementara itu, PT Bank Panin Syariah Tbk di tahun ini berupaya menambah modal intinya. Bank yang mejeng di lantai bursa berkode saham PNBS ini berencana menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II di akhir semester pertama tahun ini. Deny Hendrawati, Direktur Utama Panin Bank Syariah mengatakan, pihaknya telah menambah modal dasar menjadi Rp 3,9 triliun. Dengan masuknya PNBS ke BUKU II, bank ini bisa memperluas bisnisnya, antara lain, mengelola dana valuta asing. Panin Syariah juga bakal mengembangkan teknologi informasi (TI), berupa layanan electronic banking. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fitri Arifenie