KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sepanjang semester I-2020, China hanya membeli 5% dari target pembelian produk energi dari Amerika Serikat sebesar US$ 25,3 miliar. Angka ini jauh dari komitmen perdagangan antara kedua negara di tengah kondisi ekonomi kedua negara yang tengah suram. Mengutip
Reuters, Selasa (4/8), impor minyak mentah, gas alam cair (LNG), batubara metalurgi dan produk-produk energi China mencapai total US$ 1,29 miliar hingga Juni 2020, menurut perhitungan
Reuters berdasarkan data bea cukai China.
Baca Juga: China daratan dan Hong Kong melaporkan penurunan kasus baru infeksi Covid-19 Sementara pembelian produk AS oleh China dipercepat baru-baru ini, pada analis mengatakan harga energi yang lemah dan memburuknya hubungan antar kedua negara, dapat menggarisbawahi tujuan kesepakatan fase I yang disepakati Januari lalu. "China tidak mungkin memenuhi komitmen fase 1 karena mereka terlalu ambisius untuk memulai," ujar Michal Meidan, direktur Institut Oxford untuk studi energi seperti dikutip
Reuters. Ia menambahkan, Beijing meningkatkan pembelian produk AS untuk menunjukkan niat baik. Kegagalan untuk memenuhi target lebih lanjut dapat membuat ketegangan hubungan AS-China, yang semakin tajam sejak pecahnya wabah virus corona. Minyak mentah Minyak mentah AS diharapkan mendominasi dalam pembelian fase 1 China. Tetapo lonjakan harga angkutan ditambah denan jatuhnya permintaan bahan bakar karena penyebaran virus corona membuat impor AS relatif mahal untuk kilang di China. Pada paruh pertama tahun ini, China hanya mengimpor minyak 45.603 barel per hari dari Amerika Serikat, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 85.453 barel per hari. Sushant Gupta, direktur penelitian di perusahaan konsultan Wood Mackenzie, mengatakan bahwa untuk memenuhi target kesepakatan perdagangan, China perlu mengimpor minyak mentah AS sebanyak 1,5 juta barel per hari pada tahun 2020 dan 2021, merevisi perkiraan itu dari hampir 1 juta barel per hari sebelumnya karena harga minyak rendah yang mengurangi nilai pembelian minyak mentah. Perusahaan penyulingan China mendorong pembelian AS setelah nilai minyak andalan merosot ke wilayah negatif pada bulan April. China mengimpor sekitar 940.000 barel per hari minyak mentah AS pada Juli, dan diperkirakan rata-rata 1,01 juta barel per hari pada Agustus, tertinggi sepanjang masa, kata analis Refinitiv, Emma Li.
Baca Juga: Meski produk AS dibenci di China, penjualan iPhone terus melonjak Tetapi mempersempit margin penyulingan dan membengkaknya stok diperkirakan akan memperlambat laju impor di kuartal ketiga. Batubara dan LNG
Volume impor LNG China dari Amerika Serikat naik tiga kali lipat pada paruh pertama tahun 2020 menjadi 878.754 ton dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, karena harga yang lebih rendah, nilai pembelian tersebut hanya dua kali lipat, menekankan tantangan untuk mencapai tujuan kesepakatan perdagangan bernilai tinggi sementara harga energi lemah. Masalah yang sama juga melanda ekspor batubara metalurgi AS, yang telah berjuang untuk bersaing secara internasional dalam beberapa tahun terakhir. "Risiko politik dan ketidakpastian besar menghambat pembelian minyak dan gas jangka panjang China," kata Li Yao, CEO SIA Energy yang berbasis di Beijing.
Editor: Herlina Kartika Dewi