KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pertumbuhan ekspor di beberapa negara di Asia menurun. Permintaan dari China dan Amerika Serikat (AS) yang melemah, berdampak ke neraca dagang di sejumlah negara di Asia. Total ekspor Jepang selama Agustus 2024 sejatinya masih naik 5,6% secara tahunan. Namun angka ini di bawah proyeksi pasar secara rata-rata yang naik 10% dan lebih rendah dari kenaikan di Juli 2024 sebesar 10,3%. Penurunan terjadi karena ekspor Jepang ke Amerika Serikat turun 0,7%. Hal ini menjadi penurunan pertama dalam tiga tahun.
Baca Juga: Peluang Asia Tenggara untuk Mempercepat Transisi Energi Penjualan mobil yang turun 14,2% menjadi sebab utama. Sementara ekspor Jepang ke China, mitra dagang terbesarnya, naik 5,2% di Agustus. Secara umum, neraca perdagangan Jepang mengalami defisit ¥ 695,3 miliar setara dengan US$ 4,90 miliar. Namun angka ini jauh lebih baik ketimbang perkiraan defisit sebesar ¥ 1,38 triliun. "Ekspor Jepang bakal kembali terpuruk karena ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi AS dan China, diperkirakan melambat tahun depan," kata Takeshi Minami, kepala ekonom Norinchukin Research Institute dikutip Reuters. Peningkatan konsumsi rumah tangga membantu ekonomi Jepang bangkit, namun kondisi ekonomi global memadamkan optimisme itu. Jajak pendapat
Reuters memaparkan jika kepercayaan bisnis pada produsen besar di Jepang merosot ke level terendah dalam tujuh bulan pada September. Hal ini disebabkan melemahnya permintaan dari China.
Biaya pengiriman tinggi
Kondisi yang sama juga dialami oleh India. "Ekspor menghadapi tantangan besar pada situasi global saat ini," kata Menteri Perdagangan India, Sunil Barthwal. Dia menambahkan, biaya pengiriman yang meningkat, perlambatan ekonomi China, ditambah resesi Eropa dan AS, berdampak pada ekspor India. Akibatnya, defisit perdagangan India melebar menjadi US$ 29,65 miliar di Agustus 2024, lebih tinggi dari proyeksi ekonom sebesar US$ 23 miliar.
Baca Juga: AS Bakal Patok Tarif Tinggi Sarung Tangan Asal China, Mark Dynamics Kebagian Untung "Biaya pengiriman barang eksportir India ke Eropa dan AS telah meningkat dua kali lipat dalam setahun terakhir didorong gangguan Laut Merah," kata Ajay Srivastava, Pendiri Global Trade Research Initiative dikutip
Reuters. Thailand juga terlihat gejala pelemahan ekspor. Pemerintah mengumumkan rencana bantuan US$ 13,5 miliar bagi masyarakat miskin.
Editor: Avanty Nurdiana