Ekonomi lesu, kinerja bank asing turun



JAKARTA. Cuaca mendung yang menghampiri ekonomi nasional terus menuai korban. Gerak-gerik perbankan asing di Tanah Air tak luput dari   efek negatif perlambatan pertumbuhan ekonomi. Coba tengok saja rapor kinerja bank asing yang menurun di paruh pertama tahun ini.

Mengacu data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba bersih bank asing tercatat sebesar Rp 2,98 triliun di akhir April 2015. Jumlah ini susut 9,14% secara tahunan (year on year/yoy), ketimbang April 2014 yang mencapai Rp 3,28 triliun.

Kinerja bank asing lebih memble dibandingkan total laba bank umum yang terkoreksi 0,66% menjadi Rp 36,84 triliun pada periode sama. Kendati begitu, pendapatan bunga bersih (NII) bank asing masih tumbuh positif sebesar 24,37% menjadi Rp 5,35 triliun (lihat tabel).


Dari sisi kredit, bank asing juga masih mampu menyalurkan Rp 278,37 triliun, tumbuh 18,61%, yoy.

Nasib kurang mujur turut dialami Citibank Indonesia. Laba bersih bank asal Amerika Serikat (AS) ini mencapai Rp 745,14 miliar per April 2015. Jumlah ini turun 15,24% dari posisi Rp 879,15 miliar di tahun sebelumnya. "Turunnya laba bersih karena meningkatnya pencadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan," kata Batara Sianturi, CEO Citibank Indonesia kepada KONTAN, Minggu (28/6).

Kendati kinerja melambat, Citibank belum berniat merevisi target. Citibank masih yakin bisa memacu kredit tumbuh di kisaran 15%-17%.

Kinerja Standard Chartered (Stanchart) Bank Indonesia pun melandai. Laba bersih Stanchart hanya Rp 40,52 miliar per April, anjlok 83,85% yoy. Salah satu pemicunya, baki kredit Stanchart hanya tumbuh tipis 8,84% menjadi Rp 32,36 triliun.

"Saya belum bisa menanggapi persoalan laba. Tapi kredit tumbuh rendah karena situasi ekonomi nasional dan global yang belum sepenuhnya pulih," ungkap Shee Tse Koon, CEO Standard Chartered Bank Indonesia.

Selain faktor gonjang-ganjing ekonomi, Shee mengakui bahwa terjadi peningkatan biaya dana (cost of fund) di industri perbankan, ketimbang tahun lalu. Pemicunya, kenaikan bunga deposito yang dipicu rencana Bank Sentral AS mengerek suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto