Ekonomi lesu, klaim asuransi masih tinggi



JAKARTA. Perlambatan ekonomi yang menekan penjualan polis asuransi tak serta merta membuat klaim yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi menciut. Malah, beberapa asuransi harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk membayar klaim kepada nasabah.

Ambil contoh PT Asuransi Jiwasraya. Semula, perusahaan asuransi pelat merah itu menargetkan jumlah klaim di sepanjang tahun ini akan lebih rendah dari tahun lalu. Pada 2014, total klaim yang dibayar Jiwasraya mencapai Rp 6,4 triliun. Nah, di 2015 Jiwasraya mengestimasikan klaim bisa turun Rp 5,5 triliun.

Nyatanya, sampai Juni 2015, Jiwasraya sudah harus mengeluarkan klaim lebih dari separuh dari target selama setahun. Per semester pertama tahun ini, Jiwasraya telah membayarkan klaim asuransi senilai Rp 3 triliun kepada pemegang polis.


Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya, Hary Prasetyo mengatakan, pihaknya lebih berhati-hati menjual premi untuk menekan klaim. Jiwasraya memperbaiki kualitas dengan menyeleksi penjualan produk ritel dan mikro.

Kalau dulu Jiwasraya menjual asuransi mikro  ke bank pembangunan daerah (BPD) dan koperasi-koperasi. Sekarang, Jiwasraya mulai mengerem. "Kami tidak akan agresif jual produk asuransi retail dan mikro," kata Hary, Senin (13/7).

Menjaga margin

Meski perolehan premi lebih tinggi dari perkiraan, Hary bilang, belum berdampak terhadap margin yang diterima oleh Jiwasraya. Ini karena pembayaran klaim yang cukup besar.

Hary menyebut, likuiditas Jiwasraya masih aman. Pendapatan premi yang diterima Jiwasraya sebesar Rp 4 triliun hingga semester I 2015, naik dari periode sama tahun lalu, Rp 2 triliun. Artinya, Jiwasraya masih bisa untung Rp 1 triliun di enam bulan pertama.

Dari sisi solvabilitas, rasionya juga masih aman.  Saat ini risk based capital (RBC) Jiwasraya sebesar 130%..

Nurseto, Direktur Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera juga bilang, ekonomi yang melambat tak serta merta membuat beban klaim makin ringan. Dalam lima bulan pertama tahun ini, klaim Bumiputera naik 22,21% secara year on year (yoy).

Secara nominal, nilai klaim yang harus dibayar Bumiputera pada periode Januari hingga Mei 2015 sebesar Rp 1,78 triliun. Nurseto mengakui, jumlah klaim yang dibayarkan ini belum meleset dari target. "Pembayaran klaim per Mei itu mencapai 99,7% dari anggaran kami ," kata Nurseto.

Pembayaran klaim Bumiputera didominasi oleh klaim habis kontrak yakni sebesar Rp 699 miliar. Sementara sisanya berasal dari klaim lain semisal meninggal, penebusan, hingga rider.

Baru-baru ini, Bumputera telah membayar klaim sebesar Rp 3,1 miliar kepada ahli waris anggota TNI AU yang meninggal dalam kecelakaan pesawat Hercules. "Sudah kami serahkan semua," kata Nurseto.                         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia