JAKARTA. Perekonomian global yang lesu membuat pembayaran klaim PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) membengkak. Sepanjang Januari hingga Oktober 2015, klaim Askrindo melonjak hingga 100% dibanding periode yang sama di 2014. Pembayaran klaim Askrindo per Oktober tahun lalu hanya sebesar Rp 600 miliar. Sampai Oktober tahun ini, nilai klaim perusahaan asuransi pelat merah itu telah mencapai Rp 1,2 triliun. "Debitur kami hampir semua adalah pedagang, sehingga kalau ekonomi lesu mereka akan memprioritaskan urusan perut dulu," ujar Antonius Napitupulu, Direktur Utama Askrindo, belum lama ini. Penyumbang klaim terbesar Askrindo berasal dari segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR), yakni sebanyak Rp 700 miliar atau 58,83% dari total pembayaran klaim. Sedang klaim dari non-KUR sebesar Rp 500 miliar. "Kredit non-KUR ini berasal dari bank yang memberikan kredit mikro penganti KUR yang sempat dimoratorium," ungkap Antonius.
Ekonomi lesu, nilai klaim Askrindo membengkak
JAKARTA. Perekonomian global yang lesu membuat pembayaran klaim PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) membengkak. Sepanjang Januari hingga Oktober 2015, klaim Askrindo melonjak hingga 100% dibanding periode yang sama di 2014. Pembayaran klaim Askrindo per Oktober tahun lalu hanya sebesar Rp 600 miliar. Sampai Oktober tahun ini, nilai klaim perusahaan asuransi pelat merah itu telah mencapai Rp 1,2 triliun. "Debitur kami hampir semua adalah pedagang, sehingga kalau ekonomi lesu mereka akan memprioritaskan urusan perut dulu," ujar Antonius Napitupulu, Direktur Utama Askrindo, belum lama ini. Penyumbang klaim terbesar Askrindo berasal dari segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR), yakni sebanyak Rp 700 miliar atau 58,83% dari total pembayaran klaim. Sedang klaim dari non-KUR sebesar Rp 500 miliar. "Kredit non-KUR ini berasal dari bank yang memberikan kredit mikro penganti KUR yang sempat dimoratorium," ungkap Antonius.