Ekonomi lesu, perbankan revisi target kredit 2015



JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I tahun ini, sangat terasa dampaknya bagi pertumbuhan kredit perbankan. Oleh karena itu banyak perbankan yang kemudian merevisi ke bawah pertumbuhan kreditnya. Revisi rencana bisnis bank pada paruh pertama tahun 2015 ini juga dilakukan oleh Bank OCBC NISP. Presiden Direktur OCBC NISP, Parwatai Surjaudaja menuturkan, pihaknya tengah dalam proses finalisasi untuk revisi RBB tengah tahun ini. Parwati menyebutkan, kemungkinan bank dengan kode emiten NISP ini akan merevisi proyeksi target pertumbuhan kredit lebih dari 1%-2%. Meski begitu, Parwati mengaku belum dapat menyebutkan angka pasti proyeksi target pertumbuhan kredit pasca dilakukan revisi. Lebih lanjut Parwati mengungkapkan, pertumbuhan kredit di OCBC NISP masih ditopang oleh kredit sektor usaha kecil dan menengah (UKM) dan kredit sektor korporasi. "Kredit sektor UKM dan korporasi pertumbuhannya relatif baik dibandingkan kredit sektor lainnya, walaupun masih di bawah harapan," jelas Parwati kepada KONTAN, Selasa (16/6). Parwati menambahkan, OCBC NISP masih optimis dengan proyeksi target dana pihak ketiga (DPK) perseroan tahun ini. Menurutnya, raihan DPK sepanjang tahun bershio kambing kayu jauh lebih baik ketimbang tahun 2014 lalu. "Strateginya lebih kepada service (layanan) dan nilai tambah yang bisa kami berikan kepada nasabah. Bukan lagi strategi suku bunga yang tinggi," ungkapnya.

Catatan saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengumpulkan sejumlah revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) untuk semester II/2015.

Nelson Tampubolon, Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan mengaku, sebagian bank mengajukan untuk mengoreksi target pertumbuhan kredit ke batas bawah untuk menjaga risiko. “Kami memprediksi kredit akan turun 1%-2%,” kata Nelson, Rabu (10/6). OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit sebesar 15%-17% pada tahun 2015. Artinya, dengan asumsi koreksi kredit sekitar 1%-2%, maka kredit akan tumbuh berkisar 13%-15% pada akhir tahun ini, atau lebih tinggi 2% dari realisasi pertumbuhan kredit 11% pada tahun 2014. Adapun, perbankan mencatat pertumbuhan kredit sebesar 10,36% menjadi Rp 3.747,3 triliun per April 2015, dari posisi Rp 3.395,9 triliun per April 2014. Kredit terdiri dari kredit modal kerja konsumsi sebesar Rp 1.069,8 triliun, kredit modal kerja sebesar Rp 1.762,3 triliun, dan kredit investasi sebesar Rp 915,2 triliun. Nelson menambahkan, bank yang berencana merevisi target kredit adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan alasan untuk menjaga risiko kredit, karena bank ingin lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit untuk menghindari tingginya risiko kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). “BPD misalnya paling rentan terkena NPL,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa