KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Ekonomi Malaysia tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal II 2019. Malaysia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang melaporkan percepatan pertumbuhan ekonomi dari kuartal sebelumnya. Ekonomi Malaysia terdorng belanja konsumen yang lebih kuat dan produksi minyak sawit. Data bank sentral Malaysia pada Jumat (16/8) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) di kuartal kedua 2019 tumbuh 4,9%
year-on-year. Angka pertumbuhan ekonomi ini mengalahkan perkiraan analis yang disurvei
Reuters sebesar 4,8%.
Baca Juga: Yield obligasi anjlok di seluruh kawasan Asia Pasifik, kecuali Indonesia dan India Tingkat pertunbuhan ekonomi Malaysia di kuartal II 2019 itu juga lebih cepat kuartal pertama 2019 sebesar 4,5%. Peningkatan pertumbuhan Malaysia kontras dengan negara Asia Tenggara lainnya, yang melambat tahun ini karena dampak perang perdagangan Amerika Serikat (AS)-Tiongkok menghantam permintaan ekspor. Namun, analis dan pembuat kebijakan mengingatrkan bahwa peningkatan risiko global menimbulkan tantangan bagi prospek Malaysia. "Risiko penurunan yang jelas tetap ada, terutama berasal dari faktor eksternal," kata Gubernur Bank Negara Malaysia Nur Shamsiah Mohd Yunus seperti dikutip
Reuters.
Baca Juga: GPEI: Peleburan perdagangan luar negeri lebih efektif ditambah perindustrian Pertumbuhan ekonomi Malaysia sepanjang tahun ini diperkirakan akan berada dalam kisaran target bank sentral sebesar 4,3%-4,8%. Namun, Nur Shamsiah mengatakan peningkatan ketegangan perdagangan global dapat menurunkan 0,1 poin persentase dari pertumbuhan PDB. Indonesia, Filipina, dan Singapura semuanya melaporkan pertumbuhan yang lebih lemah pada kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama 2019. Bank sentral Malaysia memangkas suku bunga pada bulan Mei 2019 lalu untuk mencegah efek permintaan global yang melambat akibat perang dagang.
"Kami memperkirakan perlambatan lebih lanjut dalam pertumbuhan global selama kuartal mendatang, yang akan membebani permintaan ekspor Malaysia," kata ekonom Capital Economics Asia Alex Holmes. Ditanya tentang kemungkinan penurunan suku bunga kedua tahun ini, Nur Shamsiah mengatakan, bank sentral sedang menilai risiko untuk pertumbuhan domestik dan inflasi. Ekspor Malaysia turun 0,2% selama paruh pertama tahun 2019. Malaysia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perang perdagangan AS-Cina, karena menjadi pengekspor barang-barang perantara besar ke Cina. Mata uang ringgit Malaysia turun 1,5% terhadap dolar AS pada kuartal kedua 2019 di tengah melemahnya prospek pertumbuhan global dan meningkatnya ketegangan perdagangan.
Editor: Khomarul Hidayat