Ekonomi melambat akan tekan impor barang konsumsi



JAKARTA. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemerintah selalu gagal membelanjakan seluruh anggarannya. Begitu pun pada tahun ini. Hingga 31 Oktober 2013 saja realisasi belanja negara baru mencapai 71,7%, atau sebesar Rp 1.238 triliun, dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 sebesar Rp 1.726,2 triliun.

Sementara itu realisasi anggaran belanja modal merupakan yang paling minim realisasi anggaran belanja dibandingkan anggaran belanja lainnya, yaitu hanya sebesar 45,4% dari target APBNP 2013 sebesar Rp 192,6 triliun. Padahal belanja modal merupakan salah satu faktor yang menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di sisi lain, realisasi belanja pegawai justru cukup tinggi yaitu mencapai 80,6%, atau sudah mencapai Rp 187,5 triliun. Begitu pun belanja subsidi sudah terserap cukup tinggi yaitu sebesar 79,%.


Di mana, belanja subsidi paling tinggi di antaranya untuk energi, yang terdiri dari subsidi listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM), totalnya sudah mencapai Rp 277,9 triliun.

Menteri Keuangan Chatib Basri menjelaskan, tahun ini pihaknya memang memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada dalam tren melambat.

Hal itu sejalan dengan rencana pemerintah untuk menekan pertumbuhan, supaya tingkat konsumsi bisa terjaga sehingga bisa menahan pertumbuhan impor barang konsumsi.

Terakhir, Badan Pusat Statistik juga sudah merilis angka pertumbuhan ekonomi di kuartal III sebesar 5,62%. “Pokoknya saya fokus menurunkan Currrent Account Deficit dulu,” ujarnya.

Nah, dengan begitu, meski belanja modal baru terealisasi 45,4% Chatib tidak risau. Namun demikian, Chatib mengaku optimistis kalau realisasi belanja negara hingga akhir tahun bisa mencapai 90% dari target APBN-P 2013.

Dengan realisasi belanja negara sebesar itu, Chatib yakin defisit anggaran tahun 2013 bisa berada di kisaran 2%-2,3%.

Menurut Chatib, target itu bisa tercapai dengan dua alasan, pertama belanja negara akan digenjot, yang kedua karena penerimaan akan mengalami perlambatan.

Sementara hingga akhir Oktober 2013 lalu, realisasi defisit APBNP baru sebesar 1,4% atau sebesar Rp 139,5 triliun. Adapun dalam APBN-P 2013, pemerintah menargetkan defisitnya bisa mencapai Rp 224,2 triliun.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, penyerapan belanja modal berbeda dengan belanja barang.

Untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, terutama untuk yang terkait dengan proyek infrastruktur. “Jadi, kalau dalam satu dua bulan tidak mungkin digenjot tinggi,” ujarnya.

Enny juga mengusulkan, jika belanja modal tidak bisa terserap tahun ini, penggunaannya diperpanjang sampai tahun depan.

Tetapi, tidak dimasukkan sebagai Sisa Lebih Perhitungan (Silpa) tahun 2013. Melainkan dijadikan sebagai proyek yang multi years, bukan single years. Dengan begitu maka dana yang terserap bisa tetap digunakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan