JAKARTA. Melambatnya perekonomian nasional membuat kinerja Bank Rakyat Indonesia (BRI) melemah. Untuk itu, BRI akan merevisi target pertumbuhan bisnis dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2015. Dalam paparan kinerja BRI semester 1 2015, tercatat ada beberapa indikator yang direvisi oleh perseroan. Beberapa diantaranya adalah pertumbuhan kredit, NIM, NPL dan pertumbuhan laba bersih. Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo mengatakan, untuk penyaluran kredit sampai akhir tahun dipatok sebesar 11%-13%, lebih rendah dibandingkan kenaikan kredit tahun lalu yang mencapai 13,9%.
“Sedangkan NPL sampai akhir tahun ditetapkan sebesar 2,1%-2,4%, atau lebih tinggi dibandingkan NPL akhir tahun lalu yang 1,69%,” ujar Haru di Jakarta, Jumat (31/07). Haru mengatakan, sampai akhri tahun, perseroan juga akan meningkatkan optimalisasi asset. Hal ini bertujuan agar cost of fund perseroan sampai akhir tahun bisa mengalami penurunan. Selain juga bisa meningkatkan fee based. “Jadi sejujurnya untuk fee based sampai akhir tahun kami hanya menargetkan low to medium single digit,” ujarnya. Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, sampai akhri tahun, perseroan juga akan melakukan optimalisasi balancesheet dengan perbaikan margin. Sementara untuk menekan NPL, perseroan akan selektif dalam menyalurkan kredit. Karena ada revisi target penyaluran kredit dan NPL sampai akhir tahun, perseroan juga merevisi NIM atau net interest margin menjadi 7,9%-8,2% sampai akhir tahun. Target NIM sampai 2015 ini lebih rendah dibandingkan realisasi NIM BRI tahun lalu yang 8,51%. Perseroan juga menargetkan akan ada peningkatan rasio dana murah atau CASA sampai akhir tahun.
Untuk sektor lain, BRI masih mempertimbangkan sektor komoditas pertanian. Jadi ke depannya perseroan akan meningkatkan kredit ke sektor ini, walaupun secara umum NPL sektor komoditas sampai semester 1 2015 relatif tinggi. Sampai semester 2 2015, tercatat ada dua sektor yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup siginifikan. Pertama, sektor UMKM yang memang menjadi andalan BRI. Kedua adalah sektor infrastrutkur seiring program pemerintah yang ingin menggenjot sektor ini ke depannya. Terlebih, pada semester dua ini belanja pemerintah di bidang infrastruktur sudah mulai jalan. “Kami jugfa merespon baik aturan LTV yang bisa mendorong kredit sektor consumer dan LFR yang bisa meningkatkan likuditas perbankan,” ujar Sunarso. Terkait laba bersih, perseroan menargetkan sampai akhir tahun hanya tumbuh antara 1%-3%. Artinya sampai akhir tahun, BRI menargetkan laba maksimum di angka Rp 24,9 triliun. Target ini lebih rendah dibandingkan kenaikan laba bersih tahun lalu yang mencapai 14,4%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri