Ekonomi Melambat, Bunga AS Tetap 2%



WASHINGTON. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserves (The Fed) memutuskan tak mengubah bunga acuannya dari angka 2% pada rapat Federal Open Market Comittee (FOMC) Selasa (5/8) kemarin. Dalam voting, 10 orang peserta memilih bunga tetap dan satu orang peserta ingin menaikkan bunga.

The Fed beralasan, risiko pelambatan ekonomi AS terus meningkat. "Kondisi kredit yang kian ketat, pelambatan sektor perumahan, dan lonjakan harga energi akan menekan pertumbuhan ekonomi," demikian bunyi pernyataan tertulis FOMC. Padahal, pada 25 Juni lalu, The Fed menyatakan, bahaya yang mengancam ekonomi mulai berkurang. Kala itu, The Fed juga bilang bahwa risiko inflasi meningkat.

Kali ini, meski mengaku sulit membuat ramalan, The Fed menilai bahwa angka inflasi akan melambat sedikit reda. Meskipun, The Fed juga menyatakan bahwa risiko inflasi tetap menjadi perhatian mereka.


Andalkan harga minyak

"Mereka tak mau mengguncang kapal," kata Lyle Gramley, mantan gubernur The Fed yang kini menjadi ekonom senior di Stanford Group Co. Ekonom Wachovia Corp. John Silvia malah menyimpulkan, "Pernyataan itu menyiratkan suku bunga The Fed akan bertahan hingga akhir tahun. Langkah selanjutnya adalah menaikkan, tapi itu takkan terjadi dalam waktu dekat."

Adapun Neal Soss, ekonom Credit Suisse menduga, para pejabat The Fed bertaruh, harga minyak yang turun akan sedikit mengerem inflasi. Di lain pihak, pemangkasan bunga di masa lalu, mungkin, bisa mendongkrak pertumbuhan. "Dengan berpikir seperti itu, maka tak ada yang perlu dilakukan," ujarnya.

Keputusan dan pernyataan The Fed itu, sontak, memicu kenaikan harga saham di bursa. Selasa (5/8), Indeks S&P 500 melonjak 2,9%, tertinggi sejak April. Adapun Dow Jones Industrial Average naik 2,94%.

Para trader mengurangi taruhan mereka bahwa The Fed akan menaikkan bunganya pada dua pertemuan mendatang di bulan September dan Oktober. Data kontrak berjangka bunga menunjukkan, peluang kenaikan bunga di akhir Oktober menyusut jadi 45% dari sebelumnya 53%.

Malah, Executive Chairman Templeton Asset Management Mark Mobius menilai, The Fed seharusnya bisa memotong suku bunganya hingga 1% untuk mendongkrak pertumbuhan. Sebab, menurutnya, harga minyak yang sedang turun telah mengurangi ancaman inflasi.

The Fed telah menurunkan bunga sebanyak 3,25% sejak krisis finansial  dan kredit subprime mulai melanda AS tahun lalu. Akibat krisis itu, ekonomi AS di semester I-2008 hanya tumbuh 1,4%. Angka ini sedikit terdongkrak karena ada pengembalian dana pajak dari pemerintah. Adapun angka inflasi AS mencapai 5% dan tingkat pengangguran 5,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie