Ekonomi membaik, Airbus dan Boeing mulai produksi pesawat



KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA. Persaingan produsen pesawat mulai terjadi. Penerbangan yang mulai dibuka, membuat para produsen mulai menawarkan pesawat. Airbus misalnya, banyak menerima oder pesawat A220. Lalu Boeing akan memproduksi dan menjual 737 MAX menjadi sebanyak 42 jet dalam sebulan. 

Dilansir dari Reuters, Minggu (23/5), Airbus berencana meningkatkan jangkauan jet kecil yang memungkinkan maskapai penerbangan ini membuka lebih banyak rute internasional. 

Guna merealisasikan rencana itu, Airbus sedang menjajakin kerjasama untuk penambahan daya tahan ekstra ke pesawat jet dengan Breeze Airways. 

CEO Breeze Airways David Neeleman mengatakan keputusan untuk menawarkan jet jarak jauh tersebut sudah diberikan. 

"Ini sedang berlangsung. Kami masih berdebat tentang kapan. Tapi ini bukan masalah, jika hanya masalah kapan," kata Neeleman. 

Baca Juga: Masih dihantui pandemi, ini upaya dan strategi bisnis Lion Air Group

Peningkatan tersebut akan membutuhkan tangki bahan bakar ekstra, yang berarti Airbus juga harus meningkatkan bobot lepas landas maksimum pesawat untuk menjaga dan kemudian meningkatkan kinerja. 

Breeze telah memesan 60 dari 130 jet kursi, duduk di antara jet regional Embraer yang lebih kecil dan Boeing 737 MAX 7 yang lebih besar. Kemudian Breeze juga akan menambah pesanan untuk 20 jet lagi.

Melalui pesawat tersebut, Breeze berencana menghubungkan kota-kota di Amerika Serikat (AS) yang kurang terlayani. Rencananya, pengiriman A220 mulai terealisasi pada Oktober 2021.  

Tak mau kalah dari Airbus, Boeing juga akan memproduksi 42 jet 737 MAX dalam sebulan pada musim gugur 2022.  Rencana tersebut akan meningkatkan produksi melebihi target awal 2022 yaitu 31 jet per bulan.

Tetapi implementasinya akan bergantung pada berbagai faktor termasuk permintaan, ketidakpastian pemasok serta keberhasilan Boeing dalam mengurangi surplus jet yang sudah dibuat.

Baca Juga: Perkenalkan! Super Air Jet, maskapai berbiaya murah baru Tanah Air

Permintaan jet jarak menengah seperti 737 MAX dan Airbus A320 mulai terjadi. Hal ini seiring dengan pemulihan ekonomi yang didorong perluasan program vaksin terutama di pasar domestik Amerika. 

Namun, beberapa pemasok AS dan Eropa memandang optismistis rencana produksi dari kedua pembuat pesawat tersebut. Walau ada kekhawatiran atas kesehatan rantai pasok industri pesawat global. 

"Risiko terbesar yang dapat kita lihat dengan rencana Boeing adalah ketidakmampuan rantai pasokan untuk mengimbangi," tulis analis Vertical Research Partners Rob Stallard.

Kedua raksasa pesawat tersebut sedang memulai pendakian paling tajam yang pernah ada dalam hal produksi, kepastian persediaan suku cadang dan kapasitas pabrik di tengah perlambatan bisnis. 

Selanjutnya: Indonesia dan Malaysia mendesak Dewan Keamanan PBB menghentikan kekerasan oleh Israel

Editor: Herlina Kartika Dewi