Ekonomi Pulih, Tren Surplus Neraca Perdagangan Tak Akan Bertahan Lama



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan masih mencetak surplus di sepanjang tahun 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada tahun lalu sebesar US4 35,34 miliar. 

Otoritas statistik mengungkapkan, surplus neraca perdagangan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan, surplus neraca perdagangan masih berpotensi berlanjut pada tahun 2022. Namun, agaknya ini akan lebih mini dari tahun 2021. 


“Peningkatan ekspor mulai terhtahan karena harga komoditas tidak akan tumbuh setinggi sebelumnyna dan impor akan tumbuh masif karnea daya beli masyarakat makin meningkat,” kata Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (17/1). 

Baca Juga: Impor Diprediksi Naik, Surplus Neraca Perdagangan Tahun 2022 Berpotensi Turun

Menurut Riefky, surplus neraca perdagangan ini masih akan berlangsung selama beberapa bulan meski menurun secara gradual. Bahkan, ia tak menutup kemungkinan neraca perdagangan berbalik defisit pada tahun ini. 

Meski ini memang merupakan kabar baik karena menandakan pertumbuhan ekonomi yang lebih solid, sayangnya ini juga membawa risiko. Salah satunya, tekanan pada neraca transaksi berjalan yang disebabkan oleh peningkatan impor. 

Bukan tak mungkin ada pelebaran defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada tahun ini. Dan dampaknya juga akan terasa pada nilai tukar rupiah. 

Dampak lebih jauh menurut Riefky, adalah ke penerimaan negara. Bisa saja karena ada normalisasi harga komoditas dan peningkatan impor, maka penerimaan negara tidak sebaik pada saat terjadi tren surplus neraca perdagangan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi