Ekonomi Rusia Kebal Sanksi, Perang di Ukraina Diprediksi Terus Berlanjut



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Perekonomian Rusia tetap tumbuh meskipun ada sanksi yang dikenakan oleh Barat. Dengan tren ini, Moskow tampaknya akan melanjutkan peperangan di Ukraina.

Kremlin tetap yakin untuk terus mendanai konflik tersebut, dan para ahli memperkirakan produk domestik bruto (PDB) akan tumbuh antara 1 dan 3 persen pada tahun depan.

Pada Bulan lalu, Presiden Vladimir Putin menandatangani anggaran untuk tiga tahun ke depan yang akan meningkatkan belanja pertahanan menjadi sekitar 30%. Alias sebesar dua kali lipat dari 15% sebelum invasi Ukraina pada Februari tahun lalu.


Hal ini terjadi bahkan ketika para pemimpin Eropa sedang mempertimbangkan sanksi lain yang dimaksudkan untuk menekan Moskow agar menghentikan perang.

Baca Juga: Ukraina Klaim Telah Menembak Jatuh Tiga Pesawat Bomber Canggih Rusia

Rusia saat ini adalah negara yang paling terkena sanksi di dunia. Beberapa pengamat mengatakan langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara Barat tampaknya tidak berhasil, dan masa depan keuangan Rusia terlihat optimis.

“Mengingat fakta bahwa anggaran Rusia telah meningkat, hal ini cukup seimbang, mengingat pendapatan minyak dan gas masih memungkinkan investasi di dalam negeri”, kata CEO Ingosstrakh Investments Semenikhin Roman.

Namun, Profesor Igor Yushkov di Universitas Keuangan di bawah Pemerintahan Federasi Rusia, menunjukkan bahwa industri minyak dan gas telah mulai menghasilkan “pendapatan anggaran yang jauh lebih sedikit”.

“Porsi penerimaan anggaran migas menurun dan bahkan akan kurang dari 30%. Biasanya berfluktuasi antara 40% dan 50% selama bertahun-tahun," kata Prof Yushkov, yang juga pakar terkemuka di Dana Keamanan Energi Nasional.

Untuk mengatasi sanksi tersebut, Rusia telah melepaskan diri dari pemasok dan sumber daya Barat dan beralih ke sektor dalam negeri, yang sebagai dampaknya mengalami pertumbuhan.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Usai Angola Berencana Keluar dari OPEC

Di antaranya adalah sektor fesyen dan ritel lokal, yang bergegas mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh merek-merek asing yang keluar dari Rusia sebagai protes atas invasi tersebut.

Merek fesyen Rusia kini menyewa lebih dari 85 persen ruang yang sebelumnya ditempati oleh pengecer fesyen internasional besar di pusat perbelanjaan.

Editor: Tendi Mahadi