KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Ekonomi Singapura makin terperosok ke dalam resesi pada kuartal ini sejak perpanjangan status lockdown wilayah. Memberi pukulan yang sangat berat pada banyak sektor bisnis. Melansir
BBC, pertumbuhan ekonomi di negara mungil tersebut menyusut 41,2% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Ini adalah kontraksi terbesar dalam sejarah Singapura. Besarnya angka kontraksi tersebut benar-benar menunjukkan betapa besarnya dampak pandemi Covid-19 di negara ini.
Data resmi juga menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua Singapura menyusut sampai 12,6% dibanding tahun lalu. Singapura jadi salah satu negara pertama di dunia yang merilis data pertumbuhan ekonomi di masa pandemi. Penurunan angka tersebut cukup menggambarkan betapa besarnya dampak wabah virus corona bagi dunia.
Baca Juga: Singapura dan Malaysia sepakat membuka kembali perbatasan untuk perjalanan bisnis Kemerosotan Singapura yang cukup dalam ini juga menandakan bahwa pandemi sudah berdampak kepada perekonomian banyak negara di kawasan Asia lainnya. Kini banyak produsen manufaktur yang kesulitan melakukan ekspor, aktivitas industri konstruksi terhenti, dan sektor ritek juga mengalami kemerosotan penjualan. Kekuatan ekonomi Asia lainnya, yakni Jepang, juga tercatat mengalami kemerosotan hingga 20% pada kuartal kedua ini. Sementara China perlahan mulai kembali ke jalur yang aman.
Baca Juga: Pandemi menghantam Singapura ke dalam resesi karena PDB merosot 41% di kuartal kedua Anjloknya perekonomian Singapura juga berpengaruh pada tingkat kepercayaan rakyat pada kinerja partai penguasa yang dinilai dalam performa terburuknya sejak merdeka 55 tahun silam. Untuk mengatasi masalah ekonomi ini pemerintah Singapura sudah menjanjikan alokasi dana sebesar $67 miliar, atau hampir 20% dari PDB nasional, untuk memberikan stimulus pada bisnis dan rumah tangga yang kesulitan. Singapura juga sudah mulai berani melonggarkan program lockdown sejak 1 Juni lalu. Fase berikutnya dimulai pada 19 Juni. Kini sebagian besar toko dan restoran sudah mulai dibuka tapi tetap dengan protokol kesehatan yang ketat.