Ekonomi suram mengganjal laju kredit



JAKARTA. Mimpi buruk menghampiri industri perbankan Tanah Air. Potret ekonomi yang buram membuat prospek kucuran kredit kian suram. Ini tercermin dari revisi target pertumbuhan kredit bank dalam revisi rencana bisnis bank (RBB) yang diserahkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Misal, Bank Internasional Indonesia (BII). Thilagavathy Nadason, Direktur Keuangan BII mengungkapkan, pihaknya merevisi target pertumbuhan kredit di tahun ini dari target awal tumbuh 15%-17% menjadi 11%-13%.

Pun Bank OCBC NISP. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menuturkan, pihaknya tengah memfinalisasi revisi RBB. "Revisi pertumbuhan kredit minimal berkurang 1%-2%," jelas Parwati kepada KONTAN, Selasa (16/6). Target awal  OCBC NISP, kredit mampu tumbuh 15%-17% di tahun ini.

Sedangkan Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Eve Lim menuturkan, pihaknya masih mengkaji revisi target kredit tahun ini. Per April 2015, kredit Danamon sudah susut 1,54% secara tahunan (year on year). Padahal, bank milik Temasek ini menargetkan pertumbuhan kredit 10%-12% di 2015. Proyeksi pesimistis sudah terlontar dari Bank Permata dan Bank Central Asia (BCA). Dua bank ini telah mematok pertumbuhan kredit rendah sejak awal tahun.


"Kami tidak revisi pertumbuhan kredit karena dari awal sudah dipatok hanya tumbuh 10%," ujar Direktur Utama Bank Permata Roy A. Arfandy. Hingga April, kredit Bank Permata hanya naik tipis 7,18%. Senada, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja belum akan mengubah target kredit yang diperkirakan tumbuh maksimal 12%. Target itu masih jauh di atas pencapaian kredit BCA yang naik 5,77% per April tahun ini.

Kompak, para bankir menyalahkan perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai biang keladi. Perlambatan ini memaksa pebisnis menunda ekspansi yang berujung penurunan permintaan kredit.

Menurut Kepala Divisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto, faktor lain yang menurunkan laju kredit adalah kenaikan risiko kredit bermasalah, tren kenaikan bunga, dan tekanan rupiah. Hitungan sementara OJK, penyaluran kredit tahun ini hanya tumbuh 13%-15% dari target awal 15-17%.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina