Ekonomi syariah jadi opsi atasi defisit transaksi berjalan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Pasalnya, selain bisa menjadi arus perekonomian baru, ekonomi syariah bisa menjadi opsi untuk mengatasi defisit.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang P.S Bambang Brodjonegoro mengatakan, defisit neraca perdagangan saat ini semakin melebar. Terlihat dari kuartal I-2018, neraca transaksi berjalan kembali mengalami defisit sebesar US$ 5,5 miliar.

Hal itu dipicu oleh defisit pada neraca pendapatan primer dan jasa yang masing-masing mencatat defisit sebesar US$ 7,9 miliar dan US$ 1,4 miliar. Sehingga neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit yang cukup besar, yaitu US$ 3,9 miliar.


Sehingga, kata Bambang, kondisi defisit itu patut menjadi perhatian bagi seluruh pihak, mengingat defisit ini menjadi faktor penekan utama dari nilai rupiah yang melemah dalam beberapa bulan terakhir.

Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya mendorong perbaikan defisit neraca transaksi berjalan, antara lain melalui peningkatan ekspor barang dan jasa. "Nah industri syariah atau halal itu ada di dua hal itu barang dan jasa terutama jasa pariwisata," ungkap Bambang dalam acara diskusi di kantornya, Rabu (25/7).

Maka itu, industri syariah terus didorong karena di tengah meningkatnya permintaan dan harga komoditas pemerintah harus secara jeli dan cermat dapat melihat peluang ekspor. Apalagi, berdasarkan data Halal Industry Development Corporation tahun 2016 permintaan produk dan jasa halal diperkirakan mencapai US$ 2,3 triliun.

Produk dan jasa halal ini mencakup beberapa sektor, diantaranya makanan, bahan dan zat adiktif, kosmetik, makanan hewan, obat-obatan dan vaksin, keuangan syariah, farmasi, dan logistik. Tapi sayangnya menurut Bambang, peran ekspor dalam negeri terhadap produk halal Indoensia masih belum maksimal.

"Peran ekspor produk halal Indonesia mencapai 21% dari total ekspor secara keseluruhan (Comtrade, 2017)," kata Bambang. 

Kendati angka tersebut belum maksimal, Bambang bilang, perkembangan ekspor produk halal Indonesia meningkat 19% sejak 2016.

Sehingga di masa mendatang, peran ekspor produk halal ini harus dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan pemanfaatan permintaan dari negara tujuan ekspor produk halal. Serta potensi ekspor ke negara anggota Organisasi Konferensi Islam seperti Mesir dan Uni Emirat Arab.

Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pasar produk halal terbesar di dunia sekaligus menjadi produsen produk halal. "Hal ini dikarenakan Indonesia berada di posisi strategis bagi halal superhighway link dalam global halal supply chain," jelas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi