KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang euro masih berpeluang melanjutkan penguatan terbatas terhadap poundsterling secara jangka pendek. Hal ini seiring ancaman perlambatan ekonomi yang melanda benua biru. Mengutip Bloomberg, Jumat (1/2), pasangan EUR/GBP ditutup menguat 0,28% ke level 0,8757. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan, penguatan euro lebih disebabkan oleh belum adanya perkembangan lebih lanjut dari masalah Brexit di Inggris. Perdana Menteri Inggris, Theresa May, masih berupaya melakukan negosiasi dengan parlemen dan Uni Eropa.
Negosiasi itu dilakukan dengan harapan masa tenggat Brexit bisa diperpanjang dari sebelumnya tanggal 29 Maret mendatang. Tak hanya itu, May juga tidak ingin Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa persyaratan apapun. “Kalau negosiasi tersebut berjalan lancar, poundsterling bisa saja kembali
rebound,” ujar Ibrahim, Jumat (1/2). Sayangnya saat isu Brexit terus bergulir, data ekonomi Inggris belum mampu menopang poundsterling. Akhir pekan lalu, data PMI manufaktur Inggris untuk bulan Januari dirilis negatif karena hanya berada di level 52,8. Angka ini lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya di level 54,2. Euro belum memiliki sentimen positif yang benar-benar mengangkat fundamental mata uang tersebut. Penguatan euro lebih ditopang oleh faktor eksternal seperti positifnya kelangsungan perundingan dagang antara AS dan China. Sementara itu, data final PMI manufaktur zona Eropa berada di level 50,5 pada Januari alias tidak mengalami perubahan dibandingkan bulan Desember tahun lalu. Sebaliknya, data PMI manufaktur Jerman turun dari 49,9 di bulan Desember menjadi 49,7 di bulan Januari. Menurunnya data manufaktur Jerman bisa menjadi sinyal negatif bagi euro dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, Jerman merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Eropa. “Kalau ekonomi Jerman melemah, efeknya akan dirasakan seluruh kawasan Eropa,” imbuh Ibrahim.
Tak hanya Jerman, Italia juga mengalami penurunan hasil data PMI manufaktur ke level 47,8 di bulan Januari. Ekonomi Italia disebut Ibrahim cenderung stagnan sejak isu tarik-ulur anggaran belanja pemerintah negara tersebut mencuat pada tahun lalu. Dari sisi teknikal,
bollinger moving average (MA) 10% berada di atas
bollinger tengah. Indikator
stochastic 70% positif sedangkan MACD 70% negatif. Adapun indikator RSI masih wait and see sehingga ada indikasi pasangan EUR/GBP cenderung bergerak terbatas. Ibrahim merekomendasikan
sell pasangan EUR/GBP dengan
support di level 0,8693 – 0,8668 dan
resistance di level 0,8776 – 0,8796. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati