Ekonomi tertekan, laba sektor industri di China babak belur



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Laba perusahaan sektor industri di China menyusut pada April 2019. Hal ini disebabkan melambatnya aktivitas sektor manufaktur di tengah lonjakan pada bulan sebelumnya. Fakta ini membuat para pemangku kebijakan di China untuk lebih meningkatkan dukungan untuk menggerakkan roda ekonomi.

Pendapatan di sektor manufaktur utama China telah menurun sejak November tahun lalu, kecuali di bulan Maret 2019 karena permintaan domestik dan global yang menurun.

Laba industri turun 3,7% secara year on year (yoy) menjadi ¥515,4 miliar US$ 74,8 miliar pada bulan April 2019. Sebagian karena basis perbandingan yang tinggi pada tahun sebelumnya menurut data yang diterbitkan oleh National Bureau of Statistics (NBS) pada Senin (27/5). Jauh lebih rendah dari peningkatan 13,9% yoy pada bulan Maret 2019 yang merupakan pertumbuhan terbesar dalam delapan bulan terakhir.


Zhu Hong dari Biro Statistik mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi yang dimuat Reuters (27/5) bahwa pada bulan Maret lalu peningkatan pendapatan didorong dari pembeli mendapat keringanan dari pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN). Perusahaan-perusahaan tersebut kemudian mengurangi pembeliannya pada bulan April 2019 dan memberikan pukulan dari sisi laba para produsen.

Selama empat bulan pertama, perusahaan-perusahaan industri meraih keuntungan ¥ 1,81 triliun, turun 3,4% dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan penurunan 3,3% pada kuartal pertama tahun ini.

Kontraksi laba itu sejalan dengan lemahnya pertumbuhan output industri pada periode Januari-April 2019. Investasi juga melemah, dan membuat pabrik baru khawatir permintaan akan menyusut. Sementara ekspor telah turun jatuh akibat penurunan ekspor ke AS.

Gesekan perdagangan China dan AS pun kian panas di bulan ini, membalikkan kemajuan lewat dialog yang sudah dilakukan pada awal tahun 2019. Presiden AS Donald Trump juga menaikkan tarif barang-barang China senilai US$ 200 miliar dan mengancam akan menambah kenaikan tarif hingga 25% atau sebanyak US$ 300 miliar.

Tak berhenti di situ, AS juga menempatkan raksasa peralatan Telekomunikasi China Huawei Technologies Co Ltd ke daftar hitam AS, yang secara efektif melarang perusahaan AS untuk melakukan bisnis dengan Huawei.

Keuntungan dalam manufaktur telekomunikasi dan peralatan elektronik lebih rentan terhadap tarif AS dibandingkan kelas produk lainnya. Turun 15,3% pada bulan Januari-April 2019, memburuk dari penurunan 7% pada tiga bulan pertama.

Iris Pang, Ekonom Tiongkok di ING mengatakan keretakan yang meluas antara China dan AS atas Huawei terjadi secara bersamaan dengan meningkatnya kekhawatiran di negara-negara lain tentang keamanan produk Huawei. Dipastikan hal ini akan menekan ekspor China serta pendapatan dari sektor telekomunikasi.

"Ketika perang teknologi berlanjut, keuntungan industri China mulai dari Mei 2019 kemungkinan akan memburuk lebih cepat (Januari-April)," terangnya. Hal ini menambahkan argumen kontraksi 5% yoy di Januari-Mei 2019 bakal terjadi, karena penurunan pendapatan di sektor industri telekomunikasi kian dalam.

Editor: Tendi Mahadi