Ekonomi Tiongkok angkat aussie



JAKARTA. Indikator perekonomian China yang cukup bagus memberi asupan tenaga bagi dollar aussie (AUD). Maklum, Tiongkok merupakan mitra dagang utama Australia. Alhasil, aussie menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia lain. Mengutip Bloomberg, Selasa (21/10) pukul 19.20 WIB, pasangan EUR/AUD turun 0,59% dibanding hari sebelumnya menjadi 1,4487. Lalu, pairing AUD/USD naik 0,41% menjadi 0,8820 dan pasangan AUD/JPY juga naik 0,17% ke level 94,09.

Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures, mengatakan, AUD unggul ketimbang EUR, karena perekonomian China cukup menggembirakan. Misalnya, pertumbuhan domestik bruto (PDB) kuartal III-2014 tumbuh 7,3%, melebihi ekspektasi pasar, yaitu 7,2%. Angka bagus ini memberikan harapan positif bagi kinerja ekspor Australia.

Di sisi lain, EUR cenderung loyo, karena ekonomi Eropa belum menunjukkan perbaikan. Neraca perdagangan Eropa bulan Agustus sekitar US$ 18,9 miliar, lebih rendah ketimbang ekspektasi sebesar US$ 21,3 miliar. Meski demikian Suluh menduga, penguatan AUD relatif terbatas. Pasalnya, Bank Sentral Australia (RBA) pada Selasa (21/10) memperingatkan bank-bank besar di Australia, agar waspada terhadap lonjakan pinjaman di sektor properti. RBA juga masih menyinggung mengenai nilai tukar aussie yang terlalu kuat. Ini dikhawatirkan melemahkan kinerja ekspor.


Analis PT SoeGee Futures, Alwy Assegaf menilai, kenaikan pasangan AUD/USD cukup tajam, karena tertopang ekonomi Tiongkok. Selain PDB, data produksi industri (industrial production) China bulan September tumbuh 8%. Angka ini melampaui perkiraan pasar sebesar 7,5%, sekaligus lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 6,9%. Data tersebut mengurangi kekhawatiran mengenai rapuhnya perekonomian China.

"Selain itu, dollar AS sebelumnya sudah menyentuh level tertinggi empat tahun. Jadi, wajar jika saat ini USD terkoreksi terhadap aussie," jelas Alwy. Apalagi, kata Alwy, pejabat Bank Sentral AS (The Federal Reserves) mengatakan, bakal meninjau kembali rencana kenaikan suku bunga, lantaran melihat perlambatan ekonomi global. Pernyataan itu melemahkan posisi USD.

Sementara, Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, melihat, kenaikan pasangan AUD/JPY relatif terbatas. Secara umum, pasangan ini relatif sideways. Sejatinya dari sisi fundamental, aussie tidak diuntungkan oleh pernyataan RBA yang menilai apresiasi AUD terlalu kuat.

Sementara, JPY cukup kokoh versus mata utama dunia lain, terpicu isu perlambatan ekonomi global. "Isu perlambatan ekonomi global memicu pelaku pasar mengalihkan dana mereka dari aset berisiko ke aset aman, seperti yen," ungkap Ariston. Penguatan yen sudah terjadi sejak awal Oktober, meski pergerakannya volatil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie