JAKARTA. Triwulan III 2013 menjadi periode yang berat bagi pemerintah. Efek kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan inflasi meroket, melemahnya nilai tukar rupiah serta naiknya suku bunga menjadi sumber menurunnya pertumbuhan ekonomi di Juli hingga Agustus 2013. Asal tahu saja, kenaikan BBM yang terjadi pada 22 Juni 2013 menyebabkan inflasi sebesar 3,29% di bulan Juli. Kemudian inflasi di Agustus menurun menjadi 1,12%. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan acuan BI rate menjadi 7,25% turut memberikan andil. Ini tentu berimbas pada daya beli masyarakat yang merosot drastis. Berdasarkan hasil survey penjualan eceran yang dilakukan BI pada Juli 2013, terlihat indikasi perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat. Ini tecermin dari melambatnya pertumbuhan bulanan indeks penjualan riil dari 8,3% pada Juni 2013 menjadi 5,7% pada Juli 2013. Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, melihat berbagai situasi perekonomian yang terjadi diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2013 akan lebih rendah dibanding triwulan II 2013 yang mencapai 5,8%. "Memang ada pelemahan dibanding kuartal II 2013. Jadi mungkin sedikit di bawah," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (24/9). Menggeber kuartal IV Sayangnya Bambang tidak menjelaskan lebih lanjut berapa prediksi pertumbuhan ekonomi di triwulan III. Meskipun begitu, Bambang masih optimis hingga akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi masih bisa mencapai target 5,9%. Kuncinya, di triwulan IV nanti akan dilakukan pengejaran. Upaya penyerapan anggaran belanja kementerian/lembaga akan dilakukan optimal. Selain itu, perekonomian global juga diprediksi akan lebih baik. Inflasi pun akan mereda dan kembali normal. Dengan inflasi yang mereda ini, dijelaskan Menteri Keuangan Chatib Basri akan membuat daya beli masyarakat kembali meningkat. Jika daya beli meningkat maka konsumsi pun meninggi. Sehingga diekspektasikan di triwulan IV nanti pertumbuhan konsumsinya akan sedikit lebih baik. Namun memang adanya suku bunga yang dinaikkan menyebabkan masyarakat akan cenderung untuk menaruh uangnya di tabungan.
Laju ekonomi triwulan III 2013 akan di bawah 5,8%
JAKARTA. Triwulan III 2013 menjadi periode yang berat bagi pemerintah. Efek kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan inflasi meroket, melemahnya nilai tukar rupiah serta naiknya suku bunga menjadi sumber menurunnya pertumbuhan ekonomi di Juli hingga Agustus 2013. Asal tahu saja, kenaikan BBM yang terjadi pada 22 Juni 2013 menyebabkan inflasi sebesar 3,29% di bulan Juli. Kemudian inflasi di Agustus menurun menjadi 1,12%. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan acuan BI rate menjadi 7,25% turut memberikan andil. Ini tentu berimbas pada daya beli masyarakat yang merosot drastis. Berdasarkan hasil survey penjualan eceran yang dilakukan BI pada Juli 2013, terlihat indikasi perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat. Ini tecermin dari melambatnya pertumbuhan bulanan indeks penjualan riil dari 8,3% pada Juni 2013 menjadi 5,7% pada Juli 2013. Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, melihat berbagai situasi perekonomian yang terjadi diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2013 akan lebih rendah dibanding triwulan II 2013 yang mencapai 5,8%. "Memang ada pelemahan dibanding kuartal II 2013. Jadi mungkin sedikit di bawah," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (24/9). Menggeber kuartal IV Sayangnya Bambang tidak menjelaskan lebih lanjut berapa prediksi pertumbuhan ekonomi di triwulan III. Meskipun begitu, Bambang masih optimis hingga akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi masih bisa mencapai target 5,9%. Kuncinya, di triwulan IV nanti akan dilakukan pengejaran. Upaya penyerapan anggaran belanja kementerian/lembaga akan dilakukan optimal. Selain itu, perekonomian global juga diprediksi akan lebih baik. Inflasi pun akan mereda dan kembali normal. Dengan inflasi yang mereda ini, dijelaskan Menteri Keuangan Chatib Basri akan membuat daya beli masyarakat kembali meningkat. Jika daya beli meningkat maka konsumsi pun meninggi. Sehingga diekspektasikan di triwulan IV nanti pertumbuhan konsumsinya akan sedikit lebih baik. Namun memang adanya suku bunga yang dinaikkan menyebabkan masyarakat akan cenderung untuk menaruh uangnya di tabungan.