Ekonomi tumbuh lambat, rating saham bank turun



JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat membuat laju kinerja emiten perbankan diperkirakan tumbuh moderat. Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Akhmad Nurcahyadi mengatakan, laba bersih emiten perbankan sangat berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dia bilang, Bank Indonesia telah mengungkapkan kalau pertumbuhan ekonomi menjadi indikator utama pertumbuhan kredit perbankan di dua kuartal tahun ini. Sehingga, jika Kementerian Keuangan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2015 hanya di bawah 5%. Maka, "Prediksi konsensus untuk pertumbuhan sektor bank menjadi terlalu tinggi," ujar Akhmad dalam risetnya, Selasa (17/3).

Meskipun perlambatan ekonomi sudah terjadi sejak semester II 2014 lalu, empat perbankan besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil membukukan kinerja tahun 2014 yang sesuai estimasi. Salah satu faktor yang akan menjadi katalis pertumbuhan industri perbankan tahun ini adalah jika ekonomi bisa tumbuh di atas 5,2%.


Akhmad mengatakan, jika pertumbuhan ekonomi diikuti dengan likuiditas yang tinggi dan Non Performing Loan (NPL) rendah, sektor bank bisa tumbuh dengan baik. Ada beberapa katalis lainnya yang masih bisa mendorong pertumbuhan bank, yakni benchmark interest rate yang lebih rendah, kenaikan laba bersih perusahaan, dan ekspektasi adanya kenaikan dana murah dalam simpanan (current account saving account/CASA).

"Sembari menunggu kinerja Kuartal I 2015, dan data ekonomi makro, kami menurunkan rekomendasi sektor perbankan dari overweight menjadi neutral," ujarnya.

Akhmad memberi rekomendasi buy untuk BBRI, BBNI, dan BMRI dengan target harga masing-masing Rp 14.500, Rp 7.880, dan Rp 12.800 per saham. Sementara BBCA direkomendasikan hold dengan target harga Rp 14.450 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa