Pertumbuhan ekonomi kita kuartal kedua tahun ini tercatat 6,4%. Investasi menjadi bahan bakar utama pertumbuhan, menggeser konsumsi rumahtangga. Tapi, pertumbuhan ekonomi belum berkualitas-kualitas amat.Betul-betul di luar perkiraan banyak pihak. Ternyata, ekonomi negara kita selama kuartal kedua tahun ini tumbuh lebih kencang ketimbang triwulan sebelumnya. Padahal, banyak pihak memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat pada kuartal II–2012.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi kita sepanjang April hingga Juni tahun ini tumbuh 6,4% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Fakta ini menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dibanding dengan Januari–Maret yang cuma 6,3%.Padahal, banyak pihak yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini paling banter 6,2%. Tak salah memang. Maklum, kinerja ekspor Indonesia pada triwulan II–2012 benar-benar jeblok. Sedang impor naik tinggi sehingga bisa menggerus pertumbuhan ekonomi lebih dalam.Dan, benar saja, data BPS menunjukkan: ekspor kita di kuartal kedua tahun ini hanya tumbuh 1,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara pertumbuhan impor mencapai 10,9%. Gila!Untung, ekspor bukanlah bahan bakar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selama ini, pertumbuhan ekonomi negara kita selalu bergantung pada pengeluaran konsumsi rumahtangga dan investasi.Cuma, hebatnya, investasi menggeser dominasi konsumsi rumahtangga sebagai pendorong utama produk domestik bruto (PDB) Indonesia di kuartal dua lalu. Investasi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 2,9% dari total pertumbuhan 6,4% atau punya andil 45,31%, adapun konsumsi rumahtangga hanya 2,8% atau menyumbang 43,75%.Suryamin, Kepala BPS, bilang, ekonomi yang tetap tumbuh tinggi itu, sekalipun ekspor melesu dan perekonomian global melambat, memperoleh dukungan dari pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang serta impor barang modal. Pastinya, “Realisasi investasi yang tinggi,” katanya.Dengan investasi menjadi penyokong utama, ini berarti, pertumbuhan ekonomi kita mulai berkualitas. Apalagi, “Investasi yang tumbuh tinggi di kuartal kedua dapat meredam dampak anjloknya ekspor,” ujar Fauzi Ichsan, Senior Economist Standard Chartered.Masih sektor jasaTapi, jangan senang dulu, ya. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tidak berkualitas-berkualitas amat. Kok? Ya, sektor utama penggerak roda ekonomi masih sektor jasa atawa nontradable, seperti pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh paling tinggi sebesar 10,1%, lalu perdagangan, hotel dan restoran (8,9%). Sedang sektor barang atau tradable yaitu pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan hanya tumbuh 3,7%, kemudian pertambangan dan penggalian (3,1%), serta industri pengolahan (5,4%). Celakanya, pertumbuhan sektor tradable di kuartal dua tahun ini melambat ketimbang kuartal satu.Akibatnya, menurut David Sumual, ekonom BCA, sektor konsumsi masih mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedang pertumbuhan sektor produksi tidak terlalu tinggi. Padahal, “Sektor produksi lah yang memiliki multiplier effect lebih besar,” tegasnya.Toh, Armida S. Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan, pertumbuhan sektor barang terus naik dari tahun ke tahun. Salah satu buktinya: jumlah tenaga kerja formal terus bertambah. “Industri manufaktur tumbuh terus,” jelas dia. ***Sumber = KONTAN MINGGUAN 46 XVI 2012, Laporan Utama
Ekonomi tumbuh lumayan, kok!
Pertumbuhan ekonomi kita kuartal kedua tahun ini tercatat 6,4%. Investasi menjadi bahan bakar utama pertumbuhan, menggeser konsumsi rumahtangga. Tapi, pertumbuhan ekonomi belum berkualitas-kualitas amat.Betul-betul di luar perkiraan banyak pihak. Ternyata, ekonomi negara kita selama kuartal kedua tahun ini tumbuh lebih kencang ketimbang triwulan sebelumnya. Padahal, banyak pihak memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat pada kuartal II–2012.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi kita sepanjang April hingga Juni tahun ini tumbuh 6,4% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Fakta ini menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dibanding dengan Januari–Maret yang cuma 6,3%.Padahal, banyak pihak yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini paling banter 6,2%. Tak salah memang. Maklum, kinerja ekspor Indonesia pada triwulan II–2012 benar-benar jeblok. Sedang impor naik tinggi sehingga bisa menggerus pertumbuhan ekonomi lebih dalam.Dan, benar saja, data BPS menunjukkan: ekspor kita di kuartal kedua tahun ini hanya tumbuh 1,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara pertumbuhan impor mencapai 10,9%. Gila!Untung, ekspor bukanlah bahan bakar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selama ini, pertumbuhan ekonomi negara kita selalu bergantung pada pengeluaran konsumsi rumahtangga dan investasi.Cuma, hebatnya, investasi menggeser dominasi konsumsi rumahtangga sebagai pendorong utama produk domestik bruto (PDB) Indonesia di kuartal dua lalu. Investasi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 2,9% dari total pertumbuhan 6,4% atau punya andil 45,31%, adapun konsumsi rumahtangga hanya 2,8% atau menyumbang 43,75%.Suryamin, Kepala BPS, bilang, ekonomi yang tetap tumbuh tinggi itu, sekalipun ekspor melesu dan perekonomian global melambat, memperoleh dukungan dari pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang serta impor barang modal. Pastinya, “Realisasi investasi yang tinggi,” katanya.Dengan investasi menjadi penyokong utama, ini berarti, pertumbuhan ekonomi kita mulai berkualitas. Apalagi, “Investasi yang tumbuh tinggi di kuartal kedua dapat meredam dampak anjloknya ekspor,” ujar Fauzi Ichsan, Senior Economist Standard Chartered.Masih sektor jasaTapi, jangan senang dulu, ya. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tidak berkualitas-berkualitas amat. Kok? Ya, sektor utama penggerak roda ekonomi masih sektor jasa atawa nontradable, seperti pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh paling tinggi sebesar 10,1%, lalu perdagangan, hotel dan restoran (8,9%). Sedang sektor barang atau tradable yaitu pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan hanya tumbuh 3,7%, kemudian pertambangan dan penggalian (3,1%), serta industri pengolahan (5,4%). Celakanya, pertumbuhan sektor tradable di kuartal dua tahun ini melambat ketimbang kuartal satu.Akibatnya, menurut David Sumual, ekonom BCA, sektor konsumsi masih mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedang pertumbuhan sektor produksi tidak terlalu tinggi. Padahal, “Sektor produksi lah yang memiliki multiplier effect lebih besar,” tegasnya.Toh, Armida S. Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan, pertumbuhan sektor barang terus naik dari tahun ke tahun. Salah satu buktinya: jumlah tenaga kerja formal terus bertambah. “Industri manufaktur tumbuh terus,” jelas dia. ***Sumber = KONTAN MINGGUAN 46 XVI 2012, Laporan Utama