Ekonomi tumbuh tinggi setelah Lebaran nanti



JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi baru akan terlihat menanjak pada kuartal kedua dan keempat tahun 2015, seiring mulai direalisasikannya pembangunan infrastruktur vital di beberapa wilayah di Indonesia.

Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua diperkirakan bisa mencapai 5%. Hal ini disebabkan, sebagian besar menteri-menteri pada Kabinet Kerja bentukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla baru memulai kerjanya bulan ini. 

"Sejak nomenklatur diubah, tidak ada yang mau ambil risiko. Mereka baru bekerja efektif mulai Mei," ujar Panangian kepada Kompas.com, Ahad (17/5/2015). 


Panangian menuturkan, keuntungan fiskal dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM), telah dialokasikan untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendapatkan alokasi terbesar yaitu Rp 118 triliun. 

Meski begitu, sebagian besar proyek fisik baru dimulai pada Mei 2015, karena APBN sendiri sempat molor pengesahannya. Hal tersebut yang membuat para menteri dan jajaran di bawahnya tidak mau mengambil risiko dengan memulai proyek terlebih dahulu.

Dengan pekerjaan yang dimulai pada Mei atau kuartal II/2015, maka dampak pertumbuhan ekonomi baru terasa pada kuartal ketiga dan keempat. "Efeknya baru setelah Lebaran. Ekonomi akan lebih baik sekitar 5%," kata Panangian. 

Lebih jauh lagi, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi akan terus merangkak naik di tahun depan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi menurut Bank Indonesia (BI) sendiri adalah 5,2%, sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi sekitar 5,7%.

Panangian mengatakan, pertumbuhannya bisa melampaui 5% dengan mengacu pada BI, yaitu sekitar 5,2%. "Kalau dikatakan Jokowi resmi (dilantik Presiden) bulan Oktober, pada Lebaran atau praktis 5 bulan menjelang satu tahun Jokowi, pertumbuhannya mencapai 5%. Tahun 2016 akan lebih tinggi lagi dibandingkan 2015," jelas Panangian.

Ia juga mengatakan, nantinya, BI rate dimungkinkan turun sampai menyentuh level 7%. Untuk saat ini, hal tersebut sulit tercapai akibat pelemahan ekonomi. Sementara itu, terkait ambisi pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7%, Panangian menganggapnya memang sulit tercapai. 

Namun, momen Jokowi bertandang ke Tiongkok memberikan respon positif investasi. Di ranah internasional, Indonesia dinilai masih memiliki prospek. Terlebih di saat ekonomi negara-negara Amerika dan Eropa sedang terengah-engah, Indonesia, bersama dengan Tiongkok dan India, menjadi motor penggerak ekonomi global. (Arimbi Ramadhiani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa