Ekonomi Venezuela terpuruk kian dalam



KONTAN.CO.ID - CARACAS. Perekonomian Venezuela kian tenggelam dalam kekacauan.  Venezuela memiliki tagihan utang yang sangat besar dan akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Selain itu, negara ini juga belum membayar utang yang jatuh tempo beberapa pekan lalu.

Perusahaan minyak negara yang dikelola negara itu, Petróleos de Venezuela S.A. (PDVSA), pada Jumat (27/10) lalu, telah membayar sekitar US$ 900 juta kepada pemegang obligasi. Namun perusahaan minyak ini masih memiliki tagihan senilai US$ 350 juta lebih yang jatuh tempo di awal bulan ini.

Banyak ekonom yang menilai default atau gagal bayar pemerintah Venezuela sebagai hal yang tak terelakkan. Konsekuensinya akan parah bagi negara yang berpenduduk 30 juta orang yang saat ini sudah kehabisan makanan dan obat-obatan.


Yang lebih buruk lagi, ada sejumlah utang yang bakalan jatuh tempo pada pekan depan. Pada 2 November, Venezuela harus melunasi utang senilai US$ 1,1 miliar. Utang ini hanya memiliki masa tenggang selama tiga hari sebelum akhirnya dinyatakan default. Obligasi Venezuela dimiliki oleh sejumlah investor, mulai dari strategis Wall Street sampai warga Amerika biasa.

Kondisi yang terjadi saat ini, pemerintah Venezuela sudah kehabisan simpanan untuk membayar utangnya. Di 2011, cadangan devisa bank sentral mencapai US$ 30 miliar dan di 2015 US$ 20 miliar. Tahun ini, cadangan bank sentral hanya sekitar US$ 10 miliar. Sebagai perbandingan, cadangan devisa tetangga Venezuela  yakni Kolombia empat kali lebih besar yakni US$ 46 miliar.

Para pemimpin dari seluruh Belahan Barat bertemu di Toronto pada hari Kamis untuk mengutuk rezim otoriter Venezuela -yang telah memiliki sumber daya alam minyak bumi berlimpah daripada negara lain- untuk disia-siakan.

"Pemerintah Venezuela memilih gaya kepemimpinan diktator. Rezim ini harus menghadapi konsekuensi melampaui kata-kata kasar dan kutukan," jelas Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland di Toronto.

Freeland tidak memberikan keterangan spesifik mengenai konsekuensi yang harus dihadapi Presiden Nicolas Maduro dan pemerintahannya. Dia berharap, Cuba -yang merupakan aliansi Venezuela, turut ikut berpartisipasi dalam aksi kecaman internasional atas kekuasaan Maduro.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie