KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terlibat langsung dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) pariwisata dan menjembatani beragam kolaboraksi pendukung dibukanya Ekowisata Bale Mangrove di Desa Wisata Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur; Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) terus mendorong komitmen mewujudkan kontribusi nyata pariwisata yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun kelestarian lingkungan menuju pariwisata berkelanjutan. Hal ini disampaikan oleh Rinto Taufik Simbolon mewakili Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf, pada acara Grand Opening Ekowisata Bale Mangrove, di Lombok Timur, Sabtu (16/9/2023). “Ekowisata Bale Mangrove adalah bukti nyata kolaboraksi yang kuat dari keberlanjutan program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 di Desa Wisata Jerowaru,” kata Rinto dalam keterangan resminya.
Desa Wisata Jerowaru merupakan salah satu desa wisata di Lombok Timur yang telah tersentuh rangkaian program Kampanye Sadar Wisata 5.0 yang digelar Kemenparekraf/Baparekraf dengan dukungan dari Bank Dunia sejak 2022. Berpartisipasi aktif mulai dari tahap Sosialisasi, Pelatihan, hingga Pendampingan pada saat ini, warga dan pelaku pariwisata di desa ini berhasil menciptakan langkah besar yakni mengembangkan Ekowisata Bale Mangrove sebagai destinasi unggulan.
Baca Juga: Peningkatan Ekonomi Sektor Pariwisata, Kemenparekraf Dorong Sinergi Antar Desa Wisata Keberadaan hutan mangrove diketahui sangat penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem pesisir, turut mengendalikan perubahan iklim, serta mendukung keragaman biota laut. Karena itu, konsep ekowisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata Jerowaru diharapkan dapat menumbuhkan optimisme dan memperkuat komitmen bersama dalam menjaga berkelanjutan lingkungan. “Pada gilirannya akan membuka pintu luas untuk peluang ekonomi bagi masyarakat lokal. Hal ini merupakan praktik baik yang sangat konkret untuk mencapai visi dan tujuan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan,” jelas Rinto. Peresmian Ekowisata Bale Mangrove ini, lanjutnya, juga diharapkan mampu membuka peluang terciptanya peningkatan kunjungan wisatawan, pertumbuhan ekonomi lokal secara inklusif dan merangsang berbagai potensi lain yang dimiliki oleh Desa Wisata Jerowaru. Menyampaikan apresiasi atas upaya kolaboraksi dari berbagai pihak dalam pengembangan dan keberlanjutan desa wisata, Rinto berharap kerja sama yang baik tersebut dapat terus berlanjut. “Tidak berhenti di sini, namun tetap terjalin dan terpelihara dengan baik, tetap amanah, membuka peluang kerja sama lain yang saling menguntungkan, serta memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Baca Juga: Menyantap Rendang di Rumah Gadang Desa Wisata Nagari Sumpur Selaras dengan hal tersebut, pada kesempatan yang sama, Ketua Pengelolaan Bale Mangrove Desa Wisata Jerowaru, Andre Juanda menjelaskan, kesempatan mengikuti program-program KSW 5.0 tidak hanya memberikan ilmu dan pengetahuan, melainkan juga membukakan pintu kolaborasi dengan stake holder lainnya, yang turut memberikan andil dalam pengembangan Ekowisata Bale Mangrove. “Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata telah berikan kesempatan bagi anak-anak muda untuk ikuti rangkaian kegiatan KSW. Selama 1,5 tahun mulai dari Sosialisasi, Pelatihan pendampingan, banyak manfaat dan ilmu yang didapatkan dari para narasumber. Ini sangat membantu kami mengembangkan potensi terutama dalam bidang pariwisata. Melalui program Kampanye Sadar Wisata 5.0 ini jugalah akhirnya kami dipertemukan dengan PLN yang serius membantu mengembangkan Ekowisata Bale Mangrove,” papar dia. Sekadar diketahui, dalam rangkaian KSW 5.0 juga diselenggarakan Biannual Tourism Forum yang mempertemukan desa wisata dengan beragam stake holder, termasuk di dalamnya, badan usaha yang dapat memberikan akses pendanaan, asosiasi pendukung pemasaran, sertifikasi, dan para pihak pendukung kepariwisataan lainnya. Selain dihadiri oleh perwakilan Kemenparekraf, acara ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah, serta dihadiri oleh perwakilan Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Setiap pihak menyampaikan apresiasi dan harapan terkait dibukanya destinasi wisata yang mengusung nilai edukasi kelestarian lingkungan dalam kemasan menarik ini.
Baca Juga: Belajar Membangun Kemandirian Desa Ponggok, Pendapatan Desa Mengalir dari Mata Air Di dalam wilayah Ekowisata Bale Mangrove yang tepatnya berada di Dusun Poton Bako ini, dipertahankan tumbuhnya pohon-pohon mangrove secara alami, bahkan ada pohon yang telah berusia ratusan tahun. Pengelola menawarkan paket eduwisata untuk membagikan pengetahuan lebih rinci terkait mangrove kepada pengunjung, juga terdapat nursery untuk pembibitan mangrove. Untuk menikmati keindahan hutan ini, pengunjung dapat berjalan sepanjang jalur titian kayu yang nyaman dilengkapi beberapa spot menarik untuk mengambil foto. Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan, Ahmad Masfu mewakili Bupati Lombok Timur mengatakan, dengan peresmian ini diharapkan pengembangan ekowisata makin maju dan destinasi ini akan menjadi salah satu unggulan hingga tingkat nasional bahkan internasional bila semua saling mendukung. "Dengan peresmian ini diharapkan pengembangan ekowisata makin maju dan destinasi ini akan menjadi salah satu unggulan hingga tingkat nasional bahkan internasional bila semua kita saling mendukung," ujarnya.
Baca Juga: Berkah Menyesap Hutan Tetap Alami, Menuai Menikmat Hasil Kopi Sedangkan, Mahadir dari UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) PLN Mataram menyatakan, melalui ekowisata ini diharapkan banyak generasi muda tertarik untuk pelestarian lingkungan. Ketika hutan mangrove dibuat jadi spot menarik dan instagramable seperti ini, maka, sambungnya, akan memicu anak muda mengembangkan rasa peduli pada lingkungan.
"Kami berharap dapat berkontribusi signifikan terhadap pelestarian ekosistem mangrove dan meningkatkan kualitas hidup komunitas yang tinggal di sekitarnya, serta menjaga bumi menjadi lebih sehat dan aman," terangnya. Sementara itu, Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muhammad Yusuf,menjelaskan, hutan mangrove adalah ekosistem yang penting untuk biota laut dan penyaring udara yang hebat karena menyerap C02 lima kali lebih besar daripada hutan di daratan. “Menanam dan merawat mangrove itu memerlukan peran aktif masyarakat. Yang diharapkan dari pertemuan adalah makin menguatnya kolaborasi seluruh stake holder. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, private sector diharapkan dapat berkolaborasi dengan desa. Makin banyak pihak terlibat, maka makin banyak pula yang dapat bekerja sama,” tuturnya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto