Eksekusi mati menjadi sentimen buruk bagi IHSG



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghadapi penurunan terdalam sejak Agustus 2013. Anjloknya IHSG disebabkan adanya kekecewaan pasar setelah laporan keuntungan emiten di kuartal I yang kurang baik.

Selain itu penurunan indeks juga terjadi akibat kekhawatiran pasar, setelah Australia memberi peringatan rusaknya hubungan kedua negara setelah Pemerintah RI mengeksekusi dua warganya yang menjadi pengedar narkoba.

IHSG turun 4,3% pada pukul 14.09 WIB, melanjutkan penurunan indeks yang terjadi selama lima hari terakhir ini. Anjloknya indeks lebih dari 4% bisa membawa IHSG di level terendah sejak 17 Desember 2014.


Salah satu saham yang mengalami penurunan cukup dalam adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini mengalami penurunan saham sebesar 5,7%.

Sementara itu saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua melemah 9,4%.

Seperti diketahui setelah eksekusi dilakukan, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan, pihaknya akan melakukan langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya atau "unprecedented". Australia juga menarik duta besarnya di Indonesia untuk berkonsultasi mengenai hukuman mati dua gembong narkoba tersebut.

Sebelumnya, sejumlah emiten juga telah merilis laporan keuangan kuartalan dengan keuntungan yang lebih rendah.Dua emiten dengan penurunan kinerja itu antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).

Alan Richardson, investment manager Samsung Asset Management Co di Hong Kong mengatakan, pihaknya telah mengurangi kepemilikan portofolio di Indonesia. "Itu disebabkan momentum pertumbuhan yang relatif lebih rendah dari harapan," katanya seperti dikutip dari Bloomberg.

Investor global telah melakukan aksi jual bersih sahamnya di Indonesia selama 14 hari, setelah IHSG menyentuh rekornya pada bulan ini. IHSG telah melemah 3,8% selama tahun ini, tertinggal dibanding indeks MSCI Emerging Market yang naik 11%. Pada Selasa lalu, tercatat investor asing telah melakukan jual bersih saham senilai US$ 140 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa