JAKARTA. Ekses likuiditas yang harus disedot Bank Indonesia (BI) menembus rekor baru. Hal ini tak bisa dilepaskan dari terus membanjirnya aliran modal asing alias capital inflow ke sistem keuangan Indonesia. Posisi outstanding operasi moneter BI yang biasanya ada di kisaran Rp 300-an triliun hingga Rp 400-an triliun pun sampai menembus angka Rp 446,7 triliun akhir bulan lalu.Publikasi laporan operasi pasar terbuka pekan terakhir Oktober 2010 yang dirilis hari ini mencatat, operasi moneter mengalami nett kontraksi sehingga posisi piranti operasi moneter per 29 Oktober naik Rp 20,7 triliun menjadi Rp 60,2 triliun. Sehingga, posisi outstanding operasi moneter sampai akhir Oktober mencapai Rp 446,7 triliun. Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah menuturkan, kenaikan posisi outstanding operasi moneter ini disebabkan oleh kenaikan ekses likuiditas di sistem keuangan. "Kenaikan ekses likuiditas ini terutama bersumber dari ekspansi rekening pemerintah dan transaksi BI," ujarnya dalam surat elektronik yang diterima KONTAN, Rabu (3/11).Ekses likuiditas yang membanjir ini terbanyak disedot oleh instrumen term deposit. "Selama bulan lalu, posisi operasi moneter naik Rp 60,2 triliun terutama dalam bentuk TD tenor 1 bulan. Ini terkait dengan strategi operasi moneter yang diarahkan untuk mengurangi penempatan dana bank di instrumen jangka pendek. Juga, pengurangan target lelang instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang ditujukan untuk mengurangi penempatan dana asing di instrumen moneter," jelas Difi. Dana asing memang terus menyerbu pasar keuangan lokal. Penempatan dana asing di instrumen rupiah hampir semuanya mengalami peningkatan, terutama di SBI dan instrumen Surat Utang Negara (SUN). "Naik Rp 1,8 triliun selama periode laporan. Atau sebesar Rp 17,9 triliun selama Oktober 2010 ini," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekses likuiditas capai Rp 446 triliun
JAKARTA. Ekses likuiditas yang harus disedot Bank Indonesia (BI) menembus rekor baru. Hal ini tak bisa dilepaskan dari terus membanjirnya aliran modal asing alias capital inflow ke sistem keuangan Indonesia. Posisi outstanding operasi moneter BI yang biasanya ada di kisaran Rp 300-an triliun hingga Rp 400-an triliun pun sampai menembus angka Rp 446,7 triliun akhir bulan lalu.Publikasi laporan operasi pasar terbuka pekan terakhir Oktober 2010 yang dirilis hari ini mencatat, operasi moneter mengalami nett kontraksi sehingga posisi piranti operasi moneter per 29 Oktober naik Rp 20,7 triliun menjadi Rp 60,2 triliun. Sehingga, posisi outstanding operasi moneter sampai akhir Oktober mencapai Rp 446,7 triliun. Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah menuturkan, kenaikan posisi outstanding operasi moneter ini disebabkan oleh kenaikan ekses likuiditas di sistem keuangan. "Kenaikan ekses likuiditas ini terutama bersumber dari ekspansi rekening pemerintah dan transaksi BI," ujarnya dalam surat elektronik yang diterima KONTAN, Rabu (3/11).Ekses likuiditas yang membanjir ini terbanyak disedot oleh instrumen term deposit. "Selama bulan lalu, posisi operasi moneter naik Rp 60,2 triliun terutama dalam bentuk TD tenor 1 bulan. Ini terkait dengan strategi operasi moneter yang diarahkan untuk mengurangi penempatan dana bank di instrumen jangka pendek. Juga, pengurangan target lelang instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang ditujukan untuk mengurangi penempatan dana asing di instrumen moneter," jelas Difi. Dana asing memang terus menyerbu pasar keuangan lokal. Penempatan dana asing di instrumen rupiah hampir semuanya mengalami peningkatan, terutama di SBI dan instrumen Surat Utang Negara (SUN). "Naik Rp 1,8 triliun selama periode laporan. Atau sebesar Rp 17,9 triliun selama Oktober 2010 ini," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News