JAKARTA. Northstar Pacific Partners kembali beraksi. Setelah menguasai PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BPTN) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), perusahaan investasi milik Patrick S. Walujo ini sekarang mengincar PT Centrin Online Tbk (CENT), yang bergerak di bidang jasa internet. Northstar akan masuk melalui Clover Universal Enterprise Ltd, anak usaha Northstar Equity Partners III Ltd. Northstar Equity sendiri berada di bawah bendera Northstar Pacific. Mekanismenya, Centrin akan menerbitkan saham baru dengan hak memesan terlebih dahulu bagi pemegang saham lama. Nah, Clover akan menjadi pembeli siaga jika pemegang saham lama tidak mengambil haknya. Rencana rights issue Centrin itu sudah mendapat restu dari pemegang saham saat ini lewat rapat umum pemegang saham luar biasa, 23 Januari lalu. Centrin akan menerbitkan 6.849.522.000 saham baru senilai Rp 100 per saham. Dengan rasio rights issue 1:12, pemegang satu saham CENT berhak membeli 12 saham baru CENT.
Sejauh ini, menurut Direktur Keuangan Centrin Sun Jen Tjin, pemegang saham yang memastikan diri tidak akan menggunakan haknya adalah PT Centrin Inti Utama. Dengan demikian, kepemilikan saham Centrin Inti Utama akan menyusut dari 30,34% saat ini menjadi 2,33%. Pemilik Centrin lainnya adalah Credit Suisse AG Singapore Trust 29,86%, UBS AG Singapore 30,84%, dan Direktur Utama Centrin Ismail Himawan 0,52%. Sisanya, 8,44% dikuasai oleh masyarakat. Bila semua pemegang saham lama tersebut tidak mengeksekusi haknya, Clover akan menguasai 92,31% saham CENT. Transaksi terafiliasi Dari aksi rights issue tersebut, Centrin akan mendapatkan dana Rp 684,95 miliar. Merujuk prospektus rights issue, Centrin akan memakai dana ini untuk dua keperluan.
Pertama, Centrin akan memakai sekitar 63,80% untuk mengakuisisi seluruh saham PT Retower Asia. Retower adalah perusahaan menara telekomunikasi yang cuma memiliki 41 menara. Saat ini PT Sumber Prestasi Indonesia dan Ari Dewanto Sutedi memiliki Retower dengan porsi saham masing-masing 99,997% dan 0,003%. Berdasarkan informasi di situs resmi Retower, perusahaan yang didirikan pada 2007 ini merupakan anak usaha PT Recapital Advisors. Namun, Recapital membantah informasi ini. “Bukan,” tukas Roslan P. Roeslani singkat.
Kedua, Centrin akan memakai 36,40% dana rights issue untuk menambah modal atau memberi pinjaman pada anak usaha Centrin. Sayang, Centrin tidak menyebut anak usaha yang akan mendapatkan suntikan modal atau pinjaman. Bila Clover jadi masuk sebagai pemegang saham mayoritas Centrin, maka akuisisi Retower merupakan transaksi terafiliasi. Sebab, saat ini Winlord Enterprises Ltd, perusahaan yang beralamat di British Virgin Islands, memegang opsi untuk membeli 100% saham Retower. Padahal, sama halnyaClover, Winlord adalah anak usaha Northstar Equity. Winlord mempunyai opsi saham itu lantaran pada 3 Agustus 2012, Sumber Prestasi dan Sutedi menerbitkan opsi untuk membeli saham mereka, masing-masing 29.999 saham dan 1 saham, seharga US$ 10,9 juta. Adapun, harga eksekusinya sekitar US$ 3,93 juta. Jadi, untuk mengeksekusi opsi ini, Centrin mesti mengeluarkan dana sekitar US$ 14,83 juta. Di luar itu, Centrin akan melunasi utang Retower pada Winlord senilai US$ 30 juta. Adapun nilai bunganya saat prospektus dibuat mencapai US$ 446.400. Total jenderal, ongkos akuisisi Retower mencapai sekitar US$ 45,27 juta. Semua transaksi ini dilakukan dalam dollar AS. Tapi, jika dirupiahkan dengan asumsi kurs Rp 9.560, nilainya berkisar Rp 432,80 miliar. Dus, lebih dari 60% dana yang mungkin dikeluarkan Northstar untuk masuk ke Centrin akan kembali masuk kantong perusahaan investasi ini. Timbang prospeknya Lantas, bagaimana prospek Centrin setelah rights issue? Rumor di pasar menyebutkan, Centrin bakal beralih ke bisnis menara. Namun, Ismail menampik sas-sus ini. “Centrin akan menjalankan bisnis internet dan menara telekomunikasi, bersamaan,” jelas dia. Dalam prospektusnya, Centrin memperkirakan, Retower akan mengerek laba emiten ini hingga 1.539% menjadi Rp 22,19 miliar di tahun ini. “Mereka tengah membangun 380 menara baru. Targetnya, 2.000 menara dalam dua tahun ke depan,” imbuh Ismail hakul yakin. Cuma ingat, belum jelas betul dari mana Retower akan mendanai pembangunan tersebut. Analis First Asia Capital David N. Sutyanto menilai, bisnis penyewaan menara menarik dan potensi marginnya besar. Emiten menara seperti PTTower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mampu mencetak margin laba bersih di kisaran 44%. Hitungan David, harga rights issue CENT Rp 100 per saham menunjukkan rasio harga terhadap laba per saham atau price to earning ratio (PER) 30 kali atau setara PER sektoral, di kisaran 31 kali. Tapi, jika menghitung harga CENT di pasar sekarang yang di atas Rp 1.000 per saham, valuasinya menjadi sangat mahal. “PER bisa di atas 300 kali,” kata David. David merekomendasikan ambil rights issue CENT bagi Anda yang kini sudah memiliki saham itu. “Jika saat ini belum punya, lebih baik jangan masuk karena risiko likuiditas. Tunggu saja perkembangan ke depan mereka seperti apa,” saran dia. Sebaliknya, pengamat pasar modal Kiswoyo A. Joe menilai, CENT tak layak koleksi. Rencana Centrin masuk ke bisnis menara, ia nilai, salah strategi. Bisnis menara dinilai bermasa depan suram. “Apalagi kalau kepemilikan menaranya sedikit, kalah bersaing dengan yang sudah eksis,” tandasnya.
Sebagai bisnis penunjang, bisnis menara sangat dipengaruhi prospek sektor utamanya yakni telekomunikasi. Sedangkan bisnis utamanya saja semakin menipis marginnya saat ini. Kiswoyo juga sangsi Northstar akan bisa mengubah peruntungan Centrin. Dus, ia menyarankan investor menjual CENT dan menjauhi saham ini. Setidaknya, hingga kelak perkembangan bisnisnya lebih jelas. Kini, keputusan investasi tentu di tangan Anda sendiri Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ruisa Khoiriyah