KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pos Indonesia terus berekspansi dengan merambah ke sektor logistik. Langkah ini dilakukan untuk membantu menurunkan biaya logistik nasional. Direktur Business Development dan Portfolio Management Pos Indonesia Prasabri Pesti menyampaikan, Pos Indonesia hendak menjadi
value creator dengan membidik pasar logistik nasional yang bernilai hampir Rp 1.400 triliun. Menurutnya, semangat transformasi Pos Indonesia menuju perusahaan logistik adalah menjadi orkestrator solusi logistik nasional yang dapat mengakselerasi peningkatan daya saing logistik Indonesia.
Baca Juga: Pos Indonesia Angkat Dua Komisaris Baru, Salah Satunya Artis Ternama "Kami melihat ada peluang untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan fokus ke portofolio logistik karena pasar industri ini besar sekali, hampir Rp 1.400 triliun,” jelas dia dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Kamis (1/8). Lebih lanjut, untuk menjadi aggregator logistik nasional Pos Indonesia mengubah posisi strategis perusahaan berupa logo dari burung merpati menjadi PosIND yang merupakan singkatan dari Pos Indonesia Integrated National Distribution dengan tagline Logistik Indonesia. Langkah kedua adalah melakukan kerja sama strategis agar dapat menyasar dua target, yakni meningkatkan skalabilitas dengan meningkatkan nilai ekonomi melalui konsolidasi
logistic service provider (LSP) BUMN. “Ini kami lakukan dengan menjadikan PosIND sebagai host of partnership untuk sinergi dan integrasi logistik BUMN dan kemudian sasaran kedua adalah keunggulan operasional melalui kerja sama dengan mitra global untuk meningkatkan kapabilitas manajemen dan operasional perusahaan,” ungkap Pasabri.
Baca Juga: Jadi Komisaris Independen Pos Indonesia, Ini Karier Politik dan Film Fauzi Baadilla Selain kecukupan nilai ekonomi, peningkatan skalabilitas menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing global. Pos Indonesia saat ini telah melakukan tiga tahapan sinergi antar sesama BUMN. Tahap pertama adalah sinergi platform digital yang dinamakan GLID. Platform ini memungkinkan untuk membangun rute produk bersama antar moda, yang memungkinkan visibilitas aset antar LSP BUMN lebih terbuka, sehingga bisa saling memanfaatkan tujuannya. Tahap kedua adalah sinergi aset untuk efisiensi dan optimalisasi aset dan tahap terakhir adalah kepemilikan di mana ada peluang merger akuisisi entitas badan usaha. Sebagai gambaran, saat ini industri logistik nasional memiliki 1,6 juta pelaku usaha dengan rata-rata pendapatan per LSP hanya Rp 3 miliar per tahun. Angka ini jelas lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki indeks performance logistiknya bagus, karena pendapatannya bisa mencapai Rp 80 miliar pertahun.
Baca Juga: Pos Indonesia Bakal Gelar Pameran Prangko Bertaraf Internasional Kondisi di Grup BUMN juga serupa, di mana ada 35 LSP anak dan cucu BUMN sehingga double resources dan double investment menjadi tidak terhindari. Kondisi industri seperti ini membuat standardisasi layanan menjadi rendah. Menurut Prasabri, Pos Indonesia melakukan sinergi dan kolaborasi antar LSP dengan tetap menekankan pada aspek kualitas service level agreement, akuntabilitas berupa track and tracing, dan kompetitif. Pos Indonesia pun diklaim memimpin sinergi dan integrasi logistik BUMN. Salah satunya adalah sinergi pasar antara perusahaan logistik BUMN dengan perusahaan BUMN nonlogistik.
Hal ini mendorong peningkatan pendapatan bagi Pos Indonesia dan BUMN logistik lain seperti PT KAI, Pelindo, ASDP, Damri, dan lain-lain. "Kami juga mengukuhkan diri sebagai mitra logistik pemerintah. Sedangkan untuk kalangan UMKM, kami juga membentuk Gudang Konsolidasi UMKM,” pungkas Prasabri. Dengan transformasi ini, lanjut Prasabri, Pos Indonesia berhasil mencetak laba bersih terbesar sepanjang sejarah, yakni Rp 728 miliar pada tahun 2023 lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto