JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) bersiap mengembangkan sayap bisnisnya ke Indonesia Timur. Perusahaan farmasi ini melihat potensi menjanjikan di kawasan tersebut. Untuk mengoptimalkan penjualan di sana, perusahaan ini menyiapkan anggaran promosi dan iklan sebesar 11% dari nilai total penjualannya. Sekadar gambaran, per semester satu lalu, penjualan SIDO mencapai Rp 1,3 triliun. Divisi herbal menyumbang 57,4% ke total pendapatan di semester I-2016. Di periode yang sama tahun lalu, kontribusi divisi ini hanya 52,7%. Selain itu, SIDO juga fokus memperbesar pasar ekspor. Manajemen menargetkan penjualan ekspor tumbuh 5% di 2017. Sasaran ekspansi adalah Asia Tenggara, dengan produk andalan Tolak Angin.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada meyakini prospek bisnis SIDO bakal ciamik hingga tahun depan. Ia menilai potensi SIDO mengembangkan pasarnya masih terbuka. Cuma, SIDO perlu memperhatikan potensi membengkaknya biaya logistik dan biaya produksi, terutama jika berniat memperbesar ekspor dan pasar di Indonesia Timur. SIDO juga perlu melihat permintaan riil di pasar. Saat ini SIDO sudah menguasai pasar obat herbal. Pangsa pasar Tolak Angin sudah mencapai 70%. Selain itu, Kuku Bima Ener-G menguasai 34% pasar minuman energi. Selain bertumpu pada Tolak Angin, produk terlaris SIDO, perusahaan ini juga sudah meluncurkan varian baru, yakni Tolak Linu Mint dan Kuku Bima Ener-G Herbal. Perusahaan obat herbal ini juga segera menelurkan produk New Alangsari. Guna mempertahankan posisinya, SIDO sedang membangun pabrik herbal cair baru di Semarang. Pabrik ini akan menambah kapasitas produksi sebanyak 70 juta saset per bulan dan diharapkan bisa beroperasi akhir tahun depan. Kini kapasitas pabrik SIDO mencapai 80 juta saset dengan utilitas 85%. Walau sedang membangun pabrik anyar, ternyata SIDO baru memakai 60% dari total land bank. Menurut analis Bahana Securities Renaldy Effendy, ini membuat prospek perusahaan ke depan cerah, karena masih bisa melakukan ekspansi kembali. Musim hujan Memasuki musim penghujan, Renaldy melihat potensi penjualan produk SIDO bakal meningkat cukup tinggi. Ia memprediksi penjualan seluruh lini bisnis SIDO bakal melesat di musim hujan, karena kebutuhan obat-obatan bakal meningkat.
Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja memprediksi pertumbuhan penjualan SIDO akan mencapai 7% di 2016 dan 9% di tahun depan. Margin laba bersih berada di kisaran 20% di tahun ini dan 22% di tahun depan. Valuasi saham SIDO juga terhitung lebih rendah jika dibandingkan dengan valuasi rata–rata saham di sektor yang sama. Dengan potensi kenaikan harga yang besar, Marlene merekomendasikan beli pada target harga Rp 730 per saham. Renaldy juga merekomendasikan beli SIDO dengan target harga Rp 650 per saham. Target ini berdasarkan
price to earning ratio (PER) 2017 sebesar 17,6 kali. Reza juga merekomendasikan beli saham dengan target harga Rp 640 per saham. Pada perdagangan kemarin (5/10), saham SIDO naik 1,82% menjadi Rp 560 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie