KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON) melaporkan kinerja solid saat suku bunga tinggi. Segmen pendapatan berulang dari Mal, Hotel dan lain-lain masih menjadi penopang bagi PWON. Analis NH Korindo Sekuritas Axell Ebenhaezer melihat bahwa PWON mencetak kinerja yang solid, meski suku bunga naik. Segmen pendapatan berulang menopang kinerja PWON saat penjualan properti tengah lesu. Dari periode Januari – September 2023, PWON mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 1,6% YoY menjadi Rp 4,57 triliun dibandingkan Rp 4,50 triliun per September 2022.
Dari situ, PWON mencatat kenaikan laba bersih sebesar 24,7% menjadi Rp 1,49 triliun per September 2023 dibandingkan Rp 1,19 triliun per September 2022.
Baca Juga: Kinerja Emiten Properti Diramal Membaik Tahun Ini, Cek Rekomendasi Sahamnya “Pakuwon Jati mencetak kinerja solid, meskipun tingkat suku bunga mengalami kenaikan di tahun 2023 dibandingkan tahun 2022,” ungkap Axell dalam riset 29 November 2023. Axell mencermati, segmen pendapatan berulang merupakan kontributor utama terhadap peningkatan pendapatan PWON. Kontribusi segmen ini sebesar 74,9% dari seluruh pendapatan hingga periode kuartal ketiga 2023, dibandingkan dengan hanya 62,0% per kuartal ketiga 2022. Selain itu, perbandingan margin laba kotor sekitar 55% di kuartal ketiga 2023 daripada 53% di kuartal ketiga 2022, serta margin laba bersih 33% di kuartal ketiga 2023 daripada 27% di kuartal ketiga 2022 telah menunjukkan peningkatan yang kuat. “Peningkatan margin merupakan bukti dari pengendalian yang solid atas beban pokok pendapatan dan biaya pengeluaran perusahaan,” jelas Axell.
Baca Juga: Melongok Rekomendasi Saham Emiten Properti yang Ikut Garap Proyek di IKN Axell turut melihat pariwisata terus berjalan menuju level pra-pandemi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara meningkat sekitar 63% YoY yang sudah mendekati angka sebelum pandemi. Lantas, sentimen tersebut menjadi keuntungan bagi pendapatan hotel PWON yang meningkat 41,3% YoY, dengan Revenue Per Available Rate (RevPar) juga meningkat 15% (tidak termasuk Sheraton Bali). “Kami memperkirakan pendapatan hotel kuartalan PWON bakal tumbuh pada kuartal IV-2023 karena memasuki musim liburan akhir tahun,” imbuh Axell. Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei melihat, peningkatan pendapatan dari segmen pendapatan berulang PWON berkat dukungan dari bisnis Mal dan Hotel. Hal itu seiring meningkatnya mobilitas masyarakat yang dapat memicu pertambahan
tenant baru untuk sewa maupun memperpanjang masa sewa. Pendapatan berulang (
Recurring Revenue) PWON tercatat sebesar Rp 3,42 triliun hingga periode kuartal ketiga 2023 atau bertumbuh 22,7% YoY. Pendapatan berulang PWON disokong oleh pendapatan ritel mal sekitar Rp 2,31 triliun yang naik 20% YoY, pendapatan
office leasing sekitar Rp 234 miliar yang tumbuh 2%YoY, dan pendapatan
hospitality sebesar Rp 867 miliar yang naik tumbuh 38%YoY. Sementara itu, dari periode Januari – September 2023, pendapatan pra penjualan atau
marketing sales PWON tercatat sebesar Rp 1,02 triliun atau turun sekitar 12%yoy dari posisi yang sama tahun lalu Rp 1,17 triliun. PWON juga merevisi turun target
marketing sales tahun 2023 menjadi Rp 1,3 triliun dari sebelumnya Rp 1,6 triliun
Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi, Cek Rekomendasi Saham BUKA, HRUM, PGEO, PWON untuk Kamis (28/12) “Kalau
marketing sales PWON memang turun terutama karena produk
high rise sedang lesu permintaannya,” kata Jono saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (3/1). Walaupun demikian, Jono menilai prospek PWON lebih dari sekedar mengandalkan segmen pendapatan berulang dari Mal ataupun Hotel. Apalagi PWON terus mengembangkan proyek superblock yang tersambung antara Mal, Hotel dan Kondomonium.
Axell menilai PWON terus melakukan persiapan lanjutan untuk masa depan. Seperti diketahui, PWON ke depannya berupaya untuk mengakuisisi secara tunai 12,4 ha lahan di Batam dan 13,0 ha lainnya di Semarang. Dengan demikian, cadangan lahan perusahaan akan meningkat 3,5% YoY menjadi 481,7 ha dibandingkan 465,3 ha, yang sebagian besar atau sekitar 89% berlokasi di Surabaya. Sementara itu, Superblok di Batam dan Semarang direncanakan akan dibangun mulai tahun 2025.
Baca Juga: Emiten Properti Garap Proyek di IKN, Simak Rekomendasi Sahamnya Teranyar Pakuwon juga berekspansi ke Ibu Kota Negara (IKN) melalui proyek Pakuwon Nusantara yang telah diresmikan mulai pembangunannya pada tanggal 1 November 2023. Pakuwon Nusantara direncanakan terdiri dari sebuah pusat perbelanjaan (mal), apartemen, dan tiga hotel berbintang, yang semuanya berada dalam satu kawasan terintegrasi. Proyek tersebut digarap PWON melalui entitas anaknya, PT Pakuwon Nusantara Abadi (PNA). Pembangunan proyek superblok yang bernama Pakuwon Nusantara ini berada di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dengan nilai investasi sebesar Rp 5 triliun.
Research Analyst MNC Sekuritas Rudy Setiawan mengatakan, katalis positif bagi emiten properti seperti PWON di tahun 2024 adalah insentif pajak PPN DTP yang seluruhnya dibebani negara untuk pembelian rumah sampai dengan Rp 2 miliar. Sedangkan untuk pembelian rumah hingga insentif PPN Rp 5 miliar tetap diberikan, namun dibatasi pembeliannya hanya Rp2 miliar. Pelaksanaan PPN DTP tersebut akan dilakukan melalui dua tahap. Pertama berlangsung dari November 2023 hingga 24 Juni 2024 dengan mencairkan insentif PPN 100%. Sedangkan tahap kedua, mulai dari Juli 2024 hingga Desember 2024 dengan mencairkan insentif PPN 50%.
Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi, Cek Rekomendasi Saham BUKA, HRUM, PGEO, PWON untuk Kamis (28/12) Dalam pandangan MNC Sekuritas, para pelaku properti yang menawarkan kisaran harga Rp 1 miliar – Rp 5 miliar adalah BSDE, CTRA, PWON, SMRA. Dengan demikian,
marketing sales tahun 2024 setidaknya dapat menyamai perolehan
marketing sales 2023.
Editor: Noverius Laoli