JAKARTA. Asosiasi Angkutan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia (INACA) mengkhawatirkan krisis yang terjadi di Timur Tengah bakal mengganggu industri penerbangan nasional. Karena ketidakstabilan ekonomi dan politik yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan harga minyak dunia terkerek naik "Karena harga minyak meningkat, semua harga naik. Yang dikhawatirkan adalah daya beli masyarakat yang terus menurun," kata Sekjen INACA, Tengku Burhanuddin di Jakarta, Rabu (23/2). Dengan penurunan daya beli masyarakat, diperkirakan mereka akan mengurangi rencana bepergian dengan pesawat. Hal ini dikhawatirkan bisa menyebabkan rencana ekspansi maskapai bisa terganggu. Padahal, seperti yang telah diberitakan sebelumnya, tahun ini beberapa maskapai telah merencanakan ekspansi besar-besaran. Misalnya Lion Air akan mendatangkan 22 unit pesawat, Garuda Indonesia mendatangkan 11 unit, Sriwijaya Air bakal tambah 12 unit dan Express Air akan tambah empat unit pesawat tahun ini. "Walaupun mereka pengadaannya tahun ini, namun rencana tersebut adalah untuk jangka panjang. Dengan turunnya daya beli saya khawatirkan ekspansi bisa tertunda," ujarnya. Direktur Niaga Sriwijaya Air, Toto Nursatyo mengatakan, saat ini pihaknya sedang membicarakan hal tersebut. Pekan ini harga BBM dunia mencapai US$ 95 dollar per barel dan harga pesawat avtur di Indonesia rata-rata Rp 9.200 per liter “Kalau harga avtur sudah melebihi Rp 10.000, kami akan mengajukan revisi aturan batas atas," tandasnya.Dengan mengoperasikan 29 unit pesawat, tahun lalu Sriwijaya Air berhasil mengangkut 7,17 juta penumpang. Tahun ini Sriwijaya Air menargetkan bisa meningkatkan target penumpang hingga 9 juta. “Target ini berpotensi terkoreksi, namun kami masih optimistis bisa tercapai,” katanya. (Hendra Gunawan/Tribunnews)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekspansi maskapai tahun ini bisa terhambat lantaran BBM terus melambung
JAKARTA. Asosiasi Angkutan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia (INACA) mengkhawatirkan krisis yang terjadi di Timur Tengah bakal mengganggu industri penerbangan nasional. Karena ketidakstabilan ekonomi dan politik yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan harga minyak dunia terkerek naik "Karena harga minyak meningkat, semua harga naik. Yang dikhawatirkan adalah daya beli masyarakat yang terus menurun," kata Sekjen INACA, Tengku Burhanuddin di Jakarta, Rabu (23/2). Dengan penurunan daya beli masyarakat, diperkirakan mereka akan mengurangi rencana bepergian dengan pesawat. Hal ini dikhawatirkan bisa menyebabkan rencana ekspansi maskapai bisa terganggu. Padahal, seperti yang telah diberitakan sebelumnya, tahun ini beberapa maskapai telah merencanakan ekspansi besar-besaran. Misalnya Lion Air akan mendatangkan 22 unit pesawat, Garuda Indonesia mendatangkan 11 unit, Sriwijaya Air bakal tambah 12 unit dan Express Air akan tambah empat unit pesawat tahun ini. "Walaupun mereka pengadaannya tahun ini, namun rencana tersebut adalah untuk jangka panjang. Dengan turunnya daya beli saya khawatirkan ekspansi bisa tertunda," ujarnya. Direktur Niaga Sriwijaya Air, Toto Nursatyo mengatakan, saat ini pihaknya sedang membicarakan hal tersebut. Pekan ini harga BBM dunia mencapai US$ 95 dollar per barel dan harga pesawat avtur di Indonesia rata-rata Rp 9.200 per liter “Kalau harga avtur sudah melebihi Rp 10.000, kami akan mengajukan revisi aturan batas atas," tandasnya.Dengan mengoperasikan 29 unit pesawat, tahun lalu Sriwijaya Air berhasil mengangkut 7,17 juta penumpang. Tahun ini Sriwijaya Air menargetkan bisa meningkatkan target penumpang hingga 9 juta. “Target ini berpotensi terkoreksi, namun kami masih optimistis bisa tercapai,” katanya. (Hendra Gunawan/Tribunnews)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News