JAKARTA. Aliran dana di pasar modal tahun ini tampaknya akan semakin deras. Sejumlah emiten konstruksi menganggarkan belanja modal besar untuk kebutuhan ekspansi. Oleh karena itu, emiten-emiten pelat merah ini membidik pendanaan dari pasar modal dan pasar keuangan.Salah satu emiten yang gencar mencari dana adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) , yang akan menerbitkan obligasi dan mencari pinjaman bank. Dari total belanja modal Rp 32 triliun, perusahaan berkode saham WSKT akan menutupnya dari pinjaman bank senilai Rp 14 triliun.Sebesar Rp 4 triliun-Rp 5 triliun di antaranya merupakan pinjaman baru dengan skema pinjaman sindikasi. Sisanya berupa fasilitas utang lama yang belum dipakai seluruhnya.
WSKT juga akan menerbitkan obligasi anyar lewat penawaran umun berkelanjutan (PUB) sebesar Rp 10 triliun. "Dari obligasi kami harapkan tahun ini sebesar Rp 6 triliun," kata Tunggul Rajagukguk, Direktur Keuangan WSKT, Jumat (17/3). WSKT akan menutup sisa kebutuhan dana dari ekuitas. Emiten ini akan menggunakan belanja modal untuk pengembangan proyek jalan tol. Sementara itu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga akan mencari pendanaan lewat beberapa instrumen, seperti pinjaman sindikasi serta penerbitan obligasi. Sebelumnya, perusahaan berkode saham WIKA telah mendapatkan pinjaman sindikasi sebesar Rp 5 triliun. Manajemen WIKA bilang, pihaknya akan meminjam dana dari bank milik badan usaha milik negara, meskipun bukan berupa sindikasi. Nah, WIKA bakal menggunakan pinjaman ini untuk modal kerja. WIKA menargetkan perolehan pinjaman antara Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun pada semester pertama ini. WIKA juga berniat menerbitkan obligasi sebesar Rp 5 triliun hingga Rp 10 triliun. "Untuk obligasi, paling lambat akan kami terbitkan di semester kedua," kata ANS Kosasih, Direktur Keuangan WIKA, Jumat (17/3). WIKA akan menggunakan belanja modal ini untuk menggarap proyek-proyek prioritas pemerintah, terutama infrastruktur, transportasi, kelistrikan, dan energi. Hingga pekan ketiga Maret ini, WIKA telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp 14,5 triliun, atau ekuivalen dengan 35% dari target WIKA sepanjang 2017 ini, yakni Rp 43 triliun. Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji mengatakan bahwa perusahaan konstruksi memang memiliki kebutuhan investasi yang besar. Meski demikian, pendanaan yang dilakukan oleh WSKT dan WIKA tidak akan menganggu kinerja. Alasan Bima, keduanya masih bisa membayar utang dengan laba. "Meski utang naik, laba juga naik. Jadi ini baik bagi emiten," kata Bima, kemarin. Bima juga menyebut bahwa perolehan kontrak WIKA yang sudah mencapai 33,6% dari target per pertengahan Maret menjadi sentimen positif bagi WIKA. Nah, bagi WSKT, maraknya proyek tol dalam dua tahun terakhir bisa menjadi katalis positif.
Selain memerlukan dana dalam jumlah besar, WSKT dan WIKA akan membagikan dividen. WSKT akan membagikan total dividen Rp 513 miliar. "Ekuivalen dengan 30% laba tahun lalu," kata M. Choliq, Direktur Utama WSKT. Dividen per saham WSKT sebesar Rp 37,87. WIKA pun akan membagi dividen dengan
payout ratio 30%. Total nilai dividen WIKA sebesar Rp 303 miliar. "Kami akan membagi dividen Rp 33,86 per saham," kata Kosasih. Bila dihitung dari harga penutupan WIKA kemarin di Rp 2.490,
dividen yield WIKA sebesar 1,36%. Sedangkan dividen yield WSKT dengan harga penutupan kemarin di Rp 2.360, mencapai 1,60%. Kedua emiten akan mengumumkan jadwal pembagian dividen pekan depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto