Ekspektasi Penurunan Fed Rate Makin Kencang, Ekonom Ingatkan Investor Agar Hati-Hati



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca rilis risalah rapat FOMC, pasar memperkirakan penurunan Fed Rate sebesar 50 bps tahun ini. Namun, investor disarankan untuk tetap berhati-hati dalam mengalokasikan dana investasi.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, pasca pengumuman risalah FOMC, memang pasar mengekspektasikan pemangkasan suku bunga the Fed. Terlebih, data tenaga kerja AS berada di level yang lebih rendah dari perkiraan.

Namun begitu, sejauh ini Fikri menilai yang dikatakan the Fed sama seperti yang dikatakan pada tahun lalu. Yakni, selama inflasi 2%, PCE juga mendekati 2%, dan pasar tenaga kerja memburuk maka The Fed akan menurunkan suku bunga.


"Kenyataannya, PCE sudah ke 2,7% tetapi Fed Rate belum turun, jadi saya pikir market harus hati-hati dengan pernyataan tersebut," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (5/7).

Baca Juga: Sentimen Risk Off Masih Membayangi Ekonomi Global

Sementara itu, berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas pemangkasan suku bunga pada September belum bergerak terlalu signifikan. Sebab, masih berada di level 72%.

Dengan begitu, hingga the Fed memangkas suku bunganya, maka yield US Treasury (UST), yield SUN, dan yield obligasi pemerintah lainnya masih akan berada di level yang sama. Begitu pula halnya dengan dolar AS.

Di sisi lain, indeks dolar (DXY) diperkirakan masih akan ditopang sisi politik dari Uni Eropa dan United Kingdom (UK). Dari Uni Eropa terkait Pemilu di Prancis dan dari UK, meskipun exit poll menunjukkan kemenangan untuk partai buruh, tetapi juga belum diketahui strategi fiskal yang akan diterapkan.

Dengan demikian, Fikri melihat saat ini pergerakan instrumen investasi di Indonesia masih akan landai. "Walaupun sudah ada inflow dari asing, tetapi belum kuat lantaran sejak awla tahun masih negatif," sebutnya.

Baca Juga: Kurs Rupiah Diproyeksi Menguat di Perdagangan Awal Pekan, Senin (8/7)

Memang terdapat jumlah yang signfikan dalam instrumen SRBI, tetapi secara penerbitan sudah mencapai Rp 500 triliun. Sehingga kepemilikan asing mencapai Rp 139,79 triliun hingga pekan pertama Juli terlihat wajar.

Karenanya, saat ini Fikri melihat hanya SRBI yang menarik sebagai instrumen investasi. Sebab untuk 6 bulan-12 bulan rata-rata di 7,5% atau jauh dari instrumen investasi lainnya.

"Sehingga saya pikir masih menarik masuk di SRBI sampai the Fed menurunkan suku bunga, dan untuk ritel, jika ingin ikut bisa membelinya pada 15 dealer utama perbankan," katanya.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan Saat IHSG Uji Resistance & Rawan Profit Taking, Senin (8/7)

Dengan asumsi pemangkasan Fed Rate sebesar 50bps, yield SUN jangka pendek akan turun. Umumnya, kata Fikri, yang sangat terefleksi suku bunga adalah obligasi pemerintah dengan tenor dua tahun.

Instrumen investasi lainnya yang akan bergerak positif adalah saham. Khususnya, emiten yang selama ini memiliki biaya dana cukup tinggi karena peningkatan biaya dana seperti perbankan, tower, dan emiten padat modal.

"Kemungkinan lain yang sangat prospektif consumer, tetapi dampaknya agak sedikit lambat dibandingkan perbankan dan tower," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati