Tahun 2017 yang sudah berlalu diwarnai dengan maraknya isu pelemahan daya beli serta sikap pelaku ekonomi yang cenderung menahan diri dari kegiatan ekspansi usaha. Namun jika melihat beberapa indikator makro ekonomi yang ada, sebenarnya perekonomian Indonesia di tahun 2017 tidak terlalu mengecewakan. Kalo melihat realisasi pertumbuhan ekonomi, memang perekonomian seperti berjalan di tempat, tetapi jika menengok indikator ekonomi yang lain, situasinya tidak begitu buruk. Dilihat dari sektor riil, perekonomian Indonesia masih menunjukkan tanda-tanda kelesuan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator yang biasa dijadikan indikator awal (leading indicator) untuk memotret kondisi sektor riil. Sebagaimana diketahui pengidentifikasian indikator ekonomi bisa dimasukkan ke dalam tiga jenis indikator, yaitu leading, lagging, dan coincident indicator. Penggunaan leading indicator untuk memperkirakan arah pergerakan perekonomian negara ke depan. Lagging indicator berguna untuk mengkonfirmasi prediksi yang dibuat oleh leading indicator, sementara coincident indicator digunakan untuk menentukan kondisi perekonomian negara saat ini. Berkaca dari asumsi dasar APBN-P 2017 maka ada catatan positif dan negatif. Pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan 5,2%, hampir pasti tidak tercapai. Namun jika dikomparasi dengan negara anggota G-20, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di barisan depan. Tingkat inflasi yang ditetapkan sebesar 4,3% sepertinya akan tercapai, bahkan kemungkinan angkanya lebih rendah dari target. Nilai tukar yang disepakati pada angka Rp 13.400 per dollar AS sedikit meleset.
Ekspektasi perekonomian tahun 2018
Tahun 2017 yang sudah berlalu diwarnai dengan maraknya isu pelemahan daya beli serta sikap pelaku ekonomi yang cenderung menahan diri dari kegiatan ekspansi usaha. Namun jika melihat beberapa indikator makro ekonomi yang ada, sebenarnya perekonomian Indonesia di tahun 2017 tidak terlalu mengecewakan. Kalo melihat realisasi pertumbuhan ekonomi, memang perekonomian seperti berjalan di tempat, tetapi jika menengok indikator ekonomi yang lain, situasinya tidak begitu buruk. Dilihat dari sektor riil, perekonomian Indonesia masih menunjukkan tanda-tanda kelesuan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator yang biasa dijadikan indikator awal (leading indicator) untuk memotret kondisi sektor riil. Sebagaimana diketahui pengidentifikasian indikator ekonomi bisa dimasukkan ke dalam tiga jenis indikator, yaitu leading, lagging, dan coincident indicator. Penggunaan leading indicator untuk memperkirakan arah pergerakan perekonomian negara ke depan. Lagging indicator berguna untuk mengkonfirmasi prediksi yang dibuat oleh leading indicator, sementara coincident indicator digunakan untuk menentukan kondisi perekonomian negara saat ini. Berkaca dari asumsi dasar APBN-P 2017 maka ada catatan positif dan negatif. Pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan 5,2%, hampir pasti tidak tercapai. Namun jika dikomparasi dengan negara anggota G-20, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di barisan depan. Tingkat inflasi yang ditetapkan sebesar 4,3% sepertinya akan tercapai, bahkan kemungkinan angkanya lebih rendah dari target. Nilai tukar yang disepakati pada angka Rp 13.400 per dollar AS sedikit meleset.