Eksploitasi Energi Indonesia (CNKO) Masih Godok Rencana Garap Pembangkit EBT



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) sedang dalam tahap awal menjajaki sejumlah peluang pembangkit energi terbarukan. 

Sebagai informasi saja, saat ini CNKO telah mengoperasikan satu pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pangkalan Bun berkapasitas 14 MW yang terdiri dari 2x7 MW. PLTU ini berlokasi di dekat Sungai Kapitan, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. 

Wakil Presiden Direktur Exploitasi Energi Indonesia, Sudarwanta melihat perkembangan dunia khususnya penggunaan energi fosil semakin dikurangi. 

Baca Juga: Kontrak ke PLN Bertambah, CNKO Optimistis Pendapatan Bisa Naik Signifikan Tahun Ini

“Bahkan seluruh dunia sudah menyatakan bahwa energi fosil atau batubara memang tingkat polusinya sangat tinggi. Maka itu dunia sedang mengembangkan berbagai cara untuk mengganti fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT),” jelasnya dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (13/7).  

Sudarwanta menlihai bahwa banyak pembangkit energi terbarukan yang dapat dikembangkan antara lain hidro, surya, biomassa, dan angin. Sebagai antisipasi mengikuti alur perkembangan dunia di masa yang akan datang, Manajemen CNKO juga merencanakan untuk menggarap pembangkit di luar PLTU. 

Pihaknya sedang dalam tahap penjajakan sembari menunggu PLN membuka tender khususnya untuk pembangkit hidro. 

 
CNKO Chart by TradingView

Sebelumnya, Sudarwanta pernah memaparkan, ke depannya pembangkit EBT memiliki potensi dan prospek yang positif. Dia menjelaskan, sampai dengan 2021 bauran EBT di Indonesia belum mencapai 15% sedangkan pada 2025 mendatang, bauran EBT harus sudah mencapai 23%.  

Selain karena prospek yang menarik, manajemen CNKO juga  merasakan bahwa saat ini pembangunan PLTU batubara sudah sangat terbatas utamanya dari sisi pembiayaan. Sudarwanta mengatakan, dari dunia perbankan sudah sangat sulit membiayai proyek energi fosil sehingga strategi ke depan tentu pengembangan EBT baik untuk tenaga surya, air, dan angin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .