Eksplorasi Blok Karama terancam terhenti



JAKARTA. Gagal menemukan cadangan minyak dan gas (migas) yang ekonomis di dua sumur di Blok Karama, Statoil dan Pertamina Hulu Energi ragu untuk meneruskan proyeknya untuk sumur yang ketiga.

Sementara itu, sesuai komitmen eksplorasi, dua perusahaan migas itu wajib mengebor di tiga sumur di blok yang berlokasi di lepas pantai Sulawesi Barat tersebut.

"Kami memang belum beruntung di Sulawesi, kami lagi diskusikan, selanjutnya kerja samanya seperti apa, belum ada diskusi lebih lanjut," ujar Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) Salis Aprlian kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/9).


Salis mengakui, eksplorasi dari dua sumur tersebut gagal menemukan cadangan migas yang bernilai ekonomis. "Nah, eksplorasi yang ketiga ini sedang didiskusikan, apakah tetap mengebor lagi atau akan ada alternatif lain," jelas Salis.

Salis menambahkan, ada alternatif untuk tidak melanjutkan eksplorasi, namun mengacu komitmen, Statoil dan PHE harus melakukan pengeboran eksplorasi tiga sumur. Tetapi kondisi di lapangan kurang menguntungkan."Hasil survei itu tidak ada (cadangan migas),"ujarnya.

Sejauh ini, menurut Salis, BP Migas masih meminta Statoil dan PHE melakukan eksplorasi sesuai komitmen. "BP Migas kan dalam posisi mengawasi komitmen Statoil dan PHE, mereka menuntut itu (mengebor),"ujarnya.

Salis menjelaskan, keputusan untuk meneruskan pengeboran sumur ketiga diserahkan ke Statoil selaku operator. "Statoil nanti yang berhadapan dengan BP Migas untuk bernegosiasi, katakanlah apakah ini diteruskan atau tidak," jelasnya.

Salis mengatakan, dari sisi ongkos , eksplorasi dua sumur sebelumnya telah menelan biaya US$ 75 uta per sumur. Namun begitu, Salis bilang, perusahaan migas mendapatkan data potensi migas di wilayah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri