Ekspor alas kaki berpotensi susut di 2014



JAKARTA. Kinerja ekspor alas kaki pada tahun 2014 diperkirakan bakal merosot tajam lantaran kondisi pasar di Amerika Serikat (AS) masih lesu. Tak hanya itu, kenaikan upah buruh yang terjadi sejak tahun lalu diperkirakan juga bakal memperlemah kinerja ekspor alas kaki.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Binsar Marpaung mengatakan, pelaku industri alas kaki belum sepenuhnya bisa mengatasi kenaikan upah buruh yang terjadi sejak tahun lalu. Sehingga, jika tahun depan upah buruh kembali naik, dampaknya akan sangat besar terhadap industri.

Binsar memperkirakan, ekspor alas kaki nasional pada tahun 2014 bakal merosot lebih dari 25% jika upah buruh kembali naik. Pasalnya, kenaikan upah buruh membuat prinsipal alas kaki dari luar negeri mengalihkan ordernya ke negara lain. "Biaya produksi yang besar akan berpengaruh kepada kenaikan harga," kata Binsar, Selasa (3/12).


Sebagai gambaran, tahun ini, ekspor alas kaki diperkirakan mencapai US$ 3,8 miliar - US$ 4 miliar. Artinya, setidaknya ekspor alas kaki tahun depan hanya akan mencapai US$ 2,85 miliar - US$ 3 miliar.

Menurut Binsar, potensi order dari prinsipal alas kaki internasional akan beralih ke Vietnam dan Myanmar. Maklum saja, investasi sektor alas kaki di dua negara ini terus menunjukkan tren yang meningkat.

Kinerja ekspor alas kakiĀ  yang melorot juga dipengaruhi pasar Amerika Serikat yang masih lesu. Maklum saja, selama ini, pasar Amerika Serikat mengontribusi sekitar 75% - 80% dari total ekspor alas kaki asal Indonesia.

Untuk mengantisipasi kelesuan ekspor ini, produsen alas kaki bisa saja mengalihkan negara tujuan ekspor ke pasar lain, seperti Amerika Selatan dan Afrika. Namun, Binsar bilang, ekspor ke negara-negara ini belum bisa mengompensasi penurunan ekspor dari Amerika Serikat.

Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kementerian perindustrian Ramon Bangun bilang, kenaikan upah buruh sangat memukul industri padat karya, seperti alas kaki.

Untuk menyiasatinya, beberapa perusahaan mengalihkan pabrik mereka ke beberapa daerah yang masih memiliki standar upah yang lebih murah, seperti Jawa Tengah. Hanya saja, pemindahan lokasi pabrik juga menemukan kendala lain seperti ketersediaan infrastruktur dan kebutuhan investasi yang cukup besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi