Ekspor Astra Otoparts melambat



JAKARTA. Produsen komponen otomotif PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) kesulitan menggenjot kinerja ekspor tahun ini. Penyebabnya adalah persaingan ketat di pasar global. 

Robby Sani, Direktur AUTO memperkirakan, sampai akhir tahun, pendapatan ekspor mencapai Rp 1,07 triliun. Angka tersebut cuma naik 4,2% jika dibandingkan dengan realisasi penjualan ekspor AUTO tahun 2013 yang sebesar Rp 1,027 triliun.

"Ekspor tahun ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan tahun lalu, karena persaingan pasar ekspor semakin ketat," terang Robby kepada KONTAN, Kamis (23/10).


Adapun sepanjang semester satu tahun ini, AUTO telah berhasil mencatat kinerja ekspor sebesar Rp 538,9 miliar atau setengah dari target. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka ekspor semester I tahun ini naik sebesar 29,87%. 

Robby mengakui, saat rupiah melemah merupakan saat yang tepat meningkatkan kinerja ekspor. Sebab, melemahnya nilai tukar rupiah membuat pasar ekspor lebih menguntungkan ketimbang berjualan di pasar domestik. Namun, kondisi persaingan membuat pihaknya sulit memperbesar porsi ekspor.

Untuk diketahui, komponen otomotif andalan yang diekspor AUTO adalah baterai. Selain AUTO dari Indonesia, ada beberapa produsen baterai dari negara lain yang juga memasarkan produknya di pasar global. Salah satunya produsen baterai dari Korea Selatan. "Berkompetisi dengan Korea Selatan ini berat," kata dia. 

Karena kondisi pasar ini pula, AUTO tidak berani menambah negara tujuan ekspor baru. Robby bilang, pihaknya kini ingin fokus mengamankan pangsa pasarnya yang sudah ada di 30 negara. "Kami ekspor ke Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Tenggara. Sebagian kecil ke Eropa dan Amerika," ungkap Robby.

Adapun porsi pasar ekspor AUTO terbesar menyasar ke beberapa negara di Timur Tengah. Robby bilang, baterai yang diproduksi AUTO ternyata paling cocok digunakan di wilayah panas seperti di Timur Tengah.

Terganjal Harga BBM

Adapun pembeli baterai milik AUTO kebanyakan datang dari pabrikan mobil atau dikenal dengan istilah original equipment manufacturer (OEM), baik untuk pabrik sepeda motor maupun untuk pabrik mobil. 

Dari sisi merek, AUTO sudah melayani permintaan komponen otomotif dari perusahaan otomotif ternama, seperti: Nissan, Renault, Honda maupun Yamaha. Selain untuk pabrikan, di pasar ekspor AUTO juga memasarkan baterai untuk pasar ritel. 

Jika di pasar ekspor AUTO terbentur persaingan, di dalam negeri AUTO akan berhadapan dengan ancaman penurunan permintaan. Robby bilang, rencana pemerintahan baru Joko Widodo-Jusuf Kalla menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dikhawatirkan bisa mengurangi penjualan mobil dan sepeda motor. 

Jika penjualan mobil dan sepeda motor turun, otomatis pasokan komponen milik AUTO ke pabrikan otomotif juga akan turun. "Maka itu kami sangat menunggu kepastian harga BBM ini. Kalau harga BBM naik, daya beli masyarakat akan terpengaruh,” terangnya.

Tak hanya pembelian komponen oleh pabrikan otomotif saja yang terganggu, Robby khawatir, kenaikan harga BBM juga menurunkan daya beli masyarakat yang kemudian berpengaruh kepada pembelian komponen di pasar ritel. Tantangan perusahaan ini juga akan semakin berat jika pemerintah memutuskan untuk menaikkan upah buruh pada tahun depan. Kondisi ini akan membuat ongkos produksi meningkat.                       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa