KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya sentimen negatif dari Negeri Kanguru, membuat pergerakan euro cenderung menguat terhadap dolar Australia. Alhasil, pergerakan pairing EUR/AUD pada perdagangan Jumat (21/2) diprediksi bakal lanjut menguat. Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (20/2) pukul 19.34 WIB, pasangan EUR/USD bergerak menguat 0,58% di level 1,6284. Analis HFX Internasional Berjangka Ady Phangestu mengungkapkan, perkembangan virus corona saat ini telah mempengaruhi aktivitas ekspor barang tambang dari Australia ke China. Mengingat, China merupakan salah satu mitra dagang penting bagi Australia.
"Ekspor barang tambang terkendala karena Covid-19. Timbunan stok yang masih banyak karena produksi pabrikan terganggu oleh wabah, maka trade balance juga terganggu," kata Ady kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2). Baca Juga: Dibantu penguatan rupiah, SBN masih menarik di mata asing Ditambah lagi, sentimen seperti kasus kebakaran hutan yang terjadi di awal 2020 diyakini bakal menekan kinerja ekonomi Australia. Pasalnya, meskipun data kerugian dari kasus kebakaran tersebut belum dirilis, Ady memastikan bahwa jumlahnya bakal mampu menggerus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) Negeri Kanguru tersebut. Adapun untuk sentimen dari Benua Biru masih seputar kinerja industri manufaktur kawasan tersebut, khususnya di Jerman yang baru-baru ini mencatatkan penurunan. Kondisi tersebut turut membuat euro sulit untuk menguat. "Jika epidemi berkurang dan bisa teratasi, keadaan tersebut diharapkan akan membaik," ungkapnya. Sementara itu, jika dilihat secara teknikal Ady mengungkapkan pergerakan euro masih akan menguat terhadap aussie. Hanya saja, penguatan tersebut cenderung akan terbatas lantaran harga sudah memasuki zona resistance terkuat.