Ekspor biji kakao tahun ini diperkirakan turun



JAKARTA. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memperkirakan ekspor biji kakao akan terus merunduk hingga semester kedua tahun ini. Diperkirakan ekspor biji kakao hingga akhir tahun hanya sekitar 225.000 ton. Padahal, tahun lalu, ekspor biji kakao mencapai 430.000 ton. Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengakui ekpor biji kakao menurun tahun ini. Dia menuding penyebabnya karena adanya pemberlakuan bea keluar kakao.Ketua Askindo Zulhefi Sikumbang membenarkan hal ini. Dia bilang, pemberlakuan bea kakao setiap bulannya membuat ekspor biji kakao turun sementara untuk serapan bijih kakao dalam negeri naik. Tahun ini, produksi biji kakao diperkirakan mencapai 450.000 ton. Sebanyak 180.000 untuk konsumsi dalam negeri, 225.000 untuk ekspor dan sisanya untuk stok. Lebih jauh, Zulhefi mengatakan, penerapan bea keluar kakao telah membuat eksportir gulung tikar. Menurutnya, sebelumnya ada sekitar 40 eksportir bijih kakao namun semenjak penerapan bea keluar kakao tinggal sekitar sekitar 25-30 eksportir. "Para petani juga terbebani dengan bea keluar kakao dan pengumpul. Setidaknya ada 5.000 pengangguran di sektor kakao akibat penerapan bea keluar," katanya.Per April lalu, Kementerian Perdagangan menerapkan bea keluar kakao sebesar 10%. Tarif bea keluar ini turun dari 15% menjadi 10% seiring dengan penurunan harga kakao.Meski ekspor biji kakao turun, Mahendra menuturkan untuk ekspor kakao olahan justru mengalami kenaikan yang signifikan. Selama Januari-Mei 2011, ekspor kakao olahan mencapai 167.500 ton. Padahal, pada Januari-Juni 2010 lalu, ekspor kakao olahan hanya sebesar 134.200 ton.Mahendra beralasan meski ekspor biji kakao mengalami penurunan, penerapan bea keluar baik untuk mendorong hilirisasi industri. Sehingga pengusaha tidak hanya mengekspor biji kakao mentah tetapi sudah dalam bentuk olahan sehingga memiliki nilai tambah.Namun, Zulhefi mengatakan, penerapan bea keluar hanya menguntungkan industri besar. Sebab, dia bilang kenaikan ekspor kakao olahan terjadi karena beberapa industri besar menaikkan kapasitas produksinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can