KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian (AP3I) menyatakan pelarangan ekspor bijih bauksit akan berdampak pada sejumlah aspek bisnis perusahaan, tetapi di sisi lain juga menjadi peluang pengembangan smelter. Sekjen Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian (AP3I) Haykal Hubeis menjelaskan, pelarangan ekspor bauksit akan berdampak pada turunnya permintaan terhadap jasa pertambangan bauksit. "Selain itu, pengusaha jasa pertambangan bauksit akan mengalami penurunan kontrak baru," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (31/5).
Tentu dengan penurunan kontrak juga akan terjadi turunnya pendapatan yang signifikan bagi pengusaha yang bergantung pada industri ekspor bauksit. Haykal menjelaskan lebih lanjut, pelarangan ekspor bauksit dapat mempengaruhi kebijakan operasional perusahaan pertambangan bauksit. "Pengusaha jasa pertambangan bauksit mungkin perlu menyesuaikan kapasitas produksi, mengurangi biaya operasional, atau melakukan penyesuaian struktur organisasi agar tetap beroperasi secara efisien dan menghadapi tantangan baru," terangnya.
Baca Juga: Daftar 5 Perusahaan yang Tak Terdampak Pelarangan Ekspor Minteral Mentah Namun demikian, pelarangan ekspor bauksit ini juga menjadi peluang dalam pengembangan smelter. Pengusaha jasa pertambangan bauksit yang memiliki kesempatan dan sumber daya untuk berinvestasi dalam pembangunan smelter dapat melihat peluang baru dalam memasok bahan baku kepada industri smelter. Melihat dampak tersebut pengusaha pun harus mempersiapkan beberapa hal. Haykal menjelaskan, perusahaan harus memahami dampaknya pada operasi dan menyesuaikan strategi bisnis secara tepat. Pelaku usaha juga harus mencari peluang diversifikasi usaha. Hal ini dapat meliputi eksplorasi dan mengembangkan usaha dalam sektor lain yang terkait dengan pertambangan, seperti jasa konsultasi, layanan teknis, atau penelitian dan pengembangan. Perusahaan dapat mencari cara untuk meningkatkan nilai tambah produk mereka. Misalnya, mereka dapat menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam pengembangan smelter bauksit untuk memproduksi produk olahan seperti alumina atau aluminium, yang dapat diekspor atau digunakan di dalam negeri untuk memenuhi permintaan industri nasional. Perusahaan tentu juga harus menjalin kolaborasi dengan pihak terkait. Haykal menyatakan, kolaborasi ini dapat membantu dalam mencari peluang baru, pemahaman yang lebih baik tentang regulasi, serta pemilihan strategi yang tepat. Di sisi lain, perusahaan perlu mengevaluasi dan meningkatkan efisiensi operasional mereka untuk menghadapi perubahan kondisi pasar.
Baca Juga: Ternyata Sektor Bauksit Sudah Catatkan Nilai Tambah dari Hilirisasi Hingga Rp 28,12 T Ini dapat melibatkan pengurangan biaya, peningkatan produktivitas, penggunaan teknologi yang lebih canggih, atau penerapan praktik terbaik dalam operasi pertambangan bauksit. “Perusahaan harus terus memantau perkembangan terkait pelarangan ekspor bauksit dan melakukan penyesuaian sesuai kebijakan dan regulasi yang baru,” kata Haykal. Dia menyatakan, mereka harus siap untuk mengadaptasi strategi bisnis sesuai dengan perubahan kondisi pasar dan kebijakan pemerintah yang berkaitan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi