Ekspor Bijih Bauksit Dilarang, Begini Efeknya Terhadap Kinerja Aneka Tambang (ANTM)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal melarang ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023. Presiden Joko Widodo mengatakan, pelarangan tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah mewujudkan kedaulatan sumber daya alam.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, kebijakan larangan ekspor bauksit berpeluang meningkatkan harga bauksit di pasar global. Ini karena Indonesia merupakan penghasil bauksit terbesar keenam di dunia. 

Hanya saja, menurut Felix kenaikan harga bauksit kemungkinan berada dalam rentang yang moderat, karena kekosongan suplai dari Indonesia bisa ditutupi oleh pasokan bauksit dari negara pengeskpor lain seperti Australia, Guinea, dan beberapa negara lainnya.


Baca Juga: Saham Aneka Tambang (ANTM) Masuk Sejumlah Indeks ESG di BEI

Di satu sisi, kebijakan tersebut berpeluang menurunkan nilai ekspor Indonesia. Sejak awal tahun hingga saat ini, porsi ekspor bauksit mencapai 3,7% dari total ekspor non-migas. Namun, menurut Felix, pelarangan tersebut sebenernya bisa menjadi pemacu untuk pengembangan hilirisasi bauksit dan menghasilkan produk yang memiliki nilai jual jauh lebih tinggi.

Sebelum bauksit, pemerintah telah melarang ekspor bijih nikel. Salah satu pertimbangannya adalah untuk mendorong hilirisasi guna mendongkrak value added. Ke depan, terbuka kemungkinan pemerintah akan melarang ekspor  dengan dalih hilirisasi. 

“Memang hilirisasi menjadi salah satu kunci dalam ekosistem industri domestik,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Jumat (23/12).

Salah satu produsen bauksit terbesar di tanah air adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Melansir laporan kinerja ANTM, produksi bauksit Aneka Tambang sepanjang Sembilan bulan 2202 tercatat sebesar 1,34 juta wet metric ton (wmt), dengan tingkat penjualan bauksit mencapai 936.000 wmt, atau meningkat 3% jika dibandingkan volume penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 910.000 wmt.

Adapun kontribusi penjualan segmen bauksit dan alumina mencapai Rp 1,44 triliun, tumbuh 50% secara tahunan. Capaian laba bersih periode berjalan segmen bauksit dan alumina mencapai Rp 227,16 miliar pada Sembilan bulan pertama 2022, berbalik dari keadaan rugi bersih pada periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 507,38 miliar.

Menurut Felix,  efek larangan ekspor bauksit terhadap kinerja ANTM memang kecil, mengingat kontribusi penjualan bauksit hanya kurang dari 2% saja.

"Sehingga kinerja ANTM dilihat dari bagaimana performa emas maupun dari nikel yang porsinya lebih dominan,” pungkas Felix.

Emas dan nikel merupakan tulang punggung kinerja ANTM. Kontribusi pendapatan ANTM di periode sembilan bulan pertama 2022 didominasi oleh penjualan domestik yang mencapai Rp 26,96 triliun atau setara 80% dari total penjualan bersih.  

Selain emas, penjualan feronikel merupakan kontributor terbesar kedua bagi pendapatan ANTM, dengan kontribusi sebesar Rp 4,91 triliun atau 15% dari total penjualan konsolidasian ANTM.

Baca Juga: Larangan Ekspor Mineral Pacu Kinerja Emiten Pertambangan

Emiten pertambangan logam ini membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 2,63 triliun, tumbuh 54% dari laba periode berjalan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 1,71 triliun.

Kenaikan laba bersih ANTM sejalan dengan kenaikan pendapatan. Emiten pertambangan pelat merah ini mencatatkan nilai penjualan sebesar Rp 33,68 triliun, tumbuh 27% jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 26,48 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi