Ekspor China di Bulan Agustus Melambat, Meleset dari Proyeksi Ekonom



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekspor China pada bulan Agustus 2022 melambat lebih tajam dari proyeksi karena permintaan global terus melemah dan manufaktur domestik yang juga melambat.

Mengutip Bloomberg (7/9), Administrasi Umum Bea Cukai  China mengatakan, ekspor dalam dolar AS naik 7,1% secara tahunan di bulan lalu menjadi US$ 314,9 miliar. Realiasai ini meleset dari proyeksi dalm survei Bloomberg dengan median kenaikan 13% dan merupakan yang paling lambat sejak April.

Sementara itu, impor tumbuh 0,3%, juga melambat dari kenaikan 2,3% di bulan Juli dan lebih rendah dari perkiraan median 1,1%.


Masih menurut data yang sama, surplus perdagangan China di bulan Agustus menyempit menjadi US$ 79,4 miliar.

Data tersebut muncul setelah aktivitas pabrik di Eropa dan seluruh Asia merosot dalam beberapa bulan terakhir, mencerminkan momentum ekonomi global yang melambat. Sebagian didorong oleh berkurangnya permintaan konsumen karena melonjaknya harga energi serta barang dan jasa konsumen lainnya.

Baca Juga: Taiwan Menyampaikan Belasungkawa Atas Gempa China dan Siap Kirim Tim Penyelamat

Selain itu, wabah Covid-19 juga memburuk di China selama Agustus, mengakibatkan penguncian di tempat-tempat seperti Yiwu di provinsi timur Zhejiang, pusat manufaktur dan ekspor utama.

David Qu, ekonom China melihat perlambatan pertumbuhan ekspor China yang lebih tajam dari proyeksi pada bulan Agustus adalah tanda lain bahwa pemulihan kehilangan tenaga dan membutuhkan lebih banyak dukungan kebijakan.

“Kami memperkirakan perdagangan akan tetap di bawah tekanan untuk sisa tahun ini, karena efek dasar dan prospek global yang melemah,” ujarnya.

Produksi pabrik domestik juga berkontraksi untuk bulan kedua berturut-turut pada Agustus, menurut data resmi, karena pemadaman listrik, permintaan properti yang lemah dan memburuknya wabah dan pembatasan Covid.

Penurunan permintaan global menjadi pertanda buruk bagi ekspor China, yang merupakan pendorong penting bagi ekonomi sejak pandemi dan berkontribusi sekitar seperlima dari pertumbuhan produk domestik bruto tahun lalu.

Ada tanda-tanda bahwa inflasi harga ekspor mulai memainkan peran yang lebih besar daripada pertumbuhan volume dalam mendorong ekspor, sekitar setengah dari pertumbuhan ekspor utama pada Juli disebabkan oleh efek harga, menurut perkiraan Macquarie Group Ltd.

Baca Juga: Susul China, Myanmar Akan Membayar Minyak Rusia Dalam Rubel

Dengan demikian, perlambatan ekspor akan menambah tekanan lebih lanjut pada ekonomi yang sudah menderita dari pembukaan kembali Covid-19 dan kemerosotan pasar properti selama setahun.

Ini juga akan menghasilkan lebih banyak tekanan pada yuan, yang meluncur ke level terendah dua tahun karena pemulihan ekonomi terputus-putus dan bank sentral melonggarkan kebijakan moneter untuk membantu pertumbuhan.

Editor: Anna Suci Perwitasari