Ekspor China Melaju Kencang, Krisis Properti Tetap Membayang



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Laju pertumbuhan ekspor China semakin kencang. Realisasi pada Mei tercatat tumbuh jauh melampaui kenaikan pada bulan sebelumnya dan tumbuh di atas proyeksi analis. 

Administrasi Bea Cukai China pada Jumat (7/6) melaporkan, menurut Reuters, ekspor dalam dolar Amerika Serikat (AS) meningkat 7,6% secara tahunan di Mei. Analis sebelumnya memprediksi ekspor hanya tumbuh 6%.

Adapun pada April, ekspor di China baru tercatat tumbuh sebesar 1,5%. Di Maret ekspor masih kontraksi 7,5%. 


Kenaikan tersebut menandakan industri manufaktur China berhasil menemukan pasar di luar negeri. Data ini menambah dukungan terhadap prospek ekonomi China.

Baca Juga: Cadangan US$ 171 Miliar, Bank Sentral China Menyetop Pembelian Emas Setelah 18 Bulan

Namun, kenaikan kencang ekspor ini kemungkinan juga terbantu oleh basis pembandingnya yang lebih rendah pada tahun 2023. Tahun lalu, kenaikan suku bunga dan inflasi di AS dan Eropa telah menekan ekspor China.

Selain itu, pertumbuhan tinggi ekspor juga bisa menunjukkan adanya peningkatan siklus global di sektor elektronik, yang membantu penjualan komponen dan barang jadi China. 

Sementara itu, impor China tercatat tumbuh lebih lambat. Pada Mei, realisasinya meningkat 1,8% secara tahunan, melambat dari April yang tumbuh sebesar 8,4%. 

Perlambatan impor menandakan bahwa konsumsi dalam negeri China masih tergolong rapuh. Kondisi ini mengikis sebagian besar optimisme terkait pertumbuhan ekonomi China tahun ini.

Baca Juga: China Klaim Tak Pernah Memberlakukan Subsidi Kendaraan Listrik yang Dilarang WTO

Krisis sektor properti yang berkepanjangan masih menjadi hambatan terbesar terhadap ekonomi China. Kondisi ini menyebabkan rendahnya kepercayaan investor dan konsumen. Konsumsi dalam negeri juga masih tertekan.

International Monetary Fund (IMF) pada Mei lalu menaikkan perkiraan pertumbuhan China untuk tahun ini menjadi 5%, sejalan dengan target pemerintah China. Kendati begitu, IMF memperingatkan adanya risiko terhadap perekonomian, akibat masalah properti.

Editor: Dina Hutauruk