Ekspor China Melambat Pada April 2022, Imbas Pembatasan Covid-19



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertumbuhan ekspor China melambat menjadi satu digit pada April 2022. Sementara impor tidak berubah karena pembatasan Covid-19 yang lebih ketat, meluasnya penghentian produksi pabrik serta terganggu rantai pasokan sehingga memicu jatuhnya permintaan domestik.

Dilansir dari Reuters, Senin (9/5), ekspor dalam dolar tumbuh 3,9% yoy pada April 2022, atau melewati perkiraan analis sebesar 3,2%. Namun nilai ini turun dibandingkan pertumbuhan pada Maret 2022 yang sebesar 14,7%.

Bahkan pertumbuhan tersebut merupakan yang paling lambat sejak Juni 2020. Sementara itu, impor tidak berubah dari tahun ke tahun. Tercatat impor turun 0,1% pada Maret dan sedikit lebih baik dari kontraksi 3,0% yang diperkirakan pada jajak pendapat Reuters. 


China mencatat surplus perdagangan US$ 51,12 miliar pada bulan tersebut, dibandingkan perkiraan surplus US$ 50,65 miliar dalam jajak pendapat. Negara ini melaporkan surplus US$ 47,38 miliar pada Maret.

Baca Juga: Shanghai Lanjutkan Lockdown Hingga Akhir Mei, Masyarakat Frustasi

Upaya Beijing untuk mengekang wabah corona terbesar di negara itu dalam dua tahun sehingga membatasi akses jalan raya dan pelabuhan serta aktivitas di kota termasuk pusat komersial di Shanghai dan memaksa Apple Foxconn hingga pembuat mobil Toyota dan Volkswagen untuk menangguhkan beberapa operasi.

Aktivitas pabrik sudah berkontraksi pada kecepatan yang lebih tajam pada bulan April. Survei industri menunjukkan, meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi yang tajam di ekonomi terbesar kedua di dunia yang akan membebani pertumbuhan global.

Manajer perdagangan luar negeri di Yiwu Shi Xinyu mengatakan hanya 20%-50% toko yang buka karena gangguan Covid-19.

"(Permintaan impor yang lemah datang di tengah) siklus ekonomi yang menurun dan Covid-19 melanda. Hidup sudah cukup keras dan kebetulan atap kami bocor saat hujan," jelas dia. 

Selain itu, meningkatnya risiko dari perang Ukraina, konsumsi yang terus melemah dan penurunan berkepanjangan di pasar properti juga membebani pertumbuhan ekonomi. 

Dengan tingkat pengangguran nasional yang mendekati level tertinggi dalam dua tahun, pihak berwenang telah menjanjikan lebih banyak bantuan untuk menopang kepercayaan dan mencegah kehilangan pekerjaan lebih lanjut di tahun yang sensitif secara politik.

Baca Juga: China Mengonfirmasi Pelaksanaan Latihan Militer di Sekitar Taiwan Akhir Pekan Lalu

Beberapa analis bahkan memperingatkan peningkatan risiko resesi dan meminta pemerintah untuk memberikan lebih banyak stimulus untuk mencapai target pertumbuhan resmi 2022 sekitar 5,5%, kecuali Beijing melonggarkan kebijakan nol persen Covid-19. 

Namun, ada beberapa tanda itu terjadi. Para pemimpin tinggi negara itu mengatakan pekan lalu bahwa mereka akan tetap dengan kebijakan tersebut untuk menekan Covid-19. Hal ini memicu kekhawatiran penurunan ekonomi yang lebih tajam.

Editor: Herlina Kartika Dewi